12. Perkara Elden

99 15 3
                                    

Kelas sudah bubar sejak 15 menit yang lalu. Parkiran sudah bersih dari kendaraan, lorong kooridor pun terlihat begitu horor saat tidak ada penghuni. Hanya ada segelintir manusia yang masih sibuk berkutat dengan bola dilapang, dengan kertas kertas diruang osis, dengan teriakan dan formasi yang menggoda di aula, bahkan sibuk dengan permasalahan rumah tangganya di undakan anak tangga yang menghubungkan kelas XI dan XII.

Rea, Elden, Nizar dan kawan kawan semua tengah berkumpul ria didepan lab kelas XII. Hanya kurang Alita, Ari, Dimas dan Adrian saja. Mereka izin pulang duluan karna ada kepentingan masing masing.

Arif tengah memainkan game Hago diponsel milik Nizar, melawan Gerald dan Ara.

Sedangkan keheningan tengah menyelimuti kedua pasangan sejoli yang sedari tadi terus saja perang dingin tanpa diketahui apa alasannya.

"Nah kan, kalah lo!" teriak Ara tiba tiba.

Arif kesal, ia sedikit membanting ponsel Nizar kearah tasnya.

"Cicilannya belum lunas kalo lo lupa." sindir Nizar.

Arif tidak menjawab. Ia menyandarkan punggungnya pada tembok dibelakangnya. "Ini kita lagi nungguin apaan sih?" tanya nya sedikit kesal.

"Nungguin dua masalah rumah tangga kelar." jawab Gerald yang masih terfokus pada layar ponselnya.

Ara menoleh, "Eh iya ya? Lo berdua daritadi diem dieman mulu. Lagi sariawan?"

Hening.

Ara mendengus sambil mengangkat kembali ponselnya yang sempat ia turunkan. "Udah biasa dikacangin."

Arif tertawa sambil menepuk pundak kawannya itu. "Yang sabar, mas."

Semua mata menoleh pada Elden yang tiba tiba berdiri.

"Pulang."

Bukan. Itu bukan ajakannya pada Rea. Tapi itu perintah untuk semuanya.

Semua saling lirik.

"Jadi, faedahnya kita diem dieman disini tuh apa?" tanya Adilla tak percaya.

Nizar ikut bangkit. "Makannya, otak cantik tuh pake buat mikir." setelah itu dia berlalu ke arah parkiran duluan.

Ara mengangkat telunjuknya kearah Nizar. "Lah, tuh bocah kenapa? Perasaan sinis mulu daritadi."

Adilla menatap punggung Nizar, lalu ia sampirkan tas yang tergeletak dilantai. "Gue duluan!" pamitnya sambil berlari.

Akhirnya, Gerald dan Arif pun ikut berdiri.

Rea jalan duluan, diikuti Elden dan menyisakan tiga manusia dengan spesies yang bertolak belakang.

"Orang dingin ternyata bisa se alay itu." celetuk Arif dengan segala otak recehnya.

Gerald terkekeh. Tak habis pikir, dua manusia yang ia rasa paling normal diantara kawannya, ternyata bisa sebucin itu. "Cabut."

•_• •_• •_•

Adilla mengejar Nizar saat cowok itu nyelonong masuk kedalam rumahnya sendiri.

Mereka pulang bersama. Adilla kira ia akan diantarkan ke rumahnya sendiri. Ternyata ia salah. Nizar malah membawanya ke rumah cowok tersebut.

Nizar melengos saat Adilla berusaha meraih tangannya.

"Ish, Zar. Lo kenapa sih?!" tanya Adilla sedikit kesal.

Nizar tidak menggubris.

Adilla menghela nafasnya pasrah. "Salamin buat tanteu Rere. Gue pulang." lalu Adilla berbalik dan mulai melangkahkan kaki jenjangnya ke arah gerbang depan.

IK HOU VAN JETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang