Tanda tanya besar

79 10 3
                                    

"Rea mana, Mah?" tanya Erick saat ia tak mendapati Rea sejak ia pulang kuliah.

"Belum pulang. Katanya mau keluar dulu." jawab Arshita sambil menaburkan deterjen kedalam mesin cuci.

Erick turun dari tangga. Ia mengambil minuman dingin dari dalam kulkas dan berjalan menghampiri Arshita. "Nyuci, Mah?"

Arshita mendengus. Melihat itu sontak Erick tersedak oleh tawa.

"Gak sopan Rea langkahin abangnya." cebik Erick.

Arshita belum paham kemana arah pembicaraan Erick. "Langkahin gimana?"

"Dia jalan sama pacarnya, kan?"

Oh itu.

"Nyari calon dong. Mama kan udah pengen nimang cucu." goda Arshita.

"Ya ampun, Mah. Erick masih kuliah udah bahas cucu." gerutu Erick. Merasa obrolan akan berlanjut, ia pun berjalan kearah kursi dan duduk menghadap Arshita yang tengah membelakanginya.

"Mama kan udah tua, Rick. Udah pantes nimang cucu. Kamu nya aja yang lama lulusnya."

Erick melotot. "Erick kuliah sesuai umur ya, Mah. Tiap semester Erick naik."

Lalu mereka tertawa bersama.

"Tapi Erick tenang liat Rea ada yang jagain." ujar Erick tiba tiba serius.

"Kamu bosen jagain adek kamu sendiri?"

"Nggak gitu, Mah. Erick mikirin perasaan Rea. Dijagain abang sama pacar itu kan sensasinya beda." mata Erick mengerling membuat Arshita menggelengkan wajahnya.

"Kamu sendiri kapan jagain anak orang?"

"Erick udah ada calon, Mah. Tapi masih seumur jagung. Belum berani bawa kesini." celetuk Erick.

"Serius kamu punya pacar?" tanya Arshita antusias.

Sambil meneguk minuman kaleng yang ia pegang, Erick mengangguk.

"Kenapa belum dikenalin? Kalo tau kamu ada pacar kan Mama tenang jadinya." ujar Arshita.

Erick mengerutkan keningnya. "Kenapa tenang?"

"Takutnya kamu homo gitu, kan." jawabnya enteng.

Kedua mata Erick sontak melebar. "Astaghfirullahaladiim, Mah. Mama curiga Erick gak normal?"

Arshita terkekeh. "Lagian kamu gak pernah ngenalin pacar ke Mama. Jadinya Mama mikirnya kemana mana."

Tiba tiba Erick berdiri. "Udah gak lazim untuk diperbincangkan." lalu ia naik keatas, meninggalkan tawa Arshita yang menggema sampai kedalam kamarnya.

Menghangatkan orang yang kita sayang memang se simple itu.

Kembali ke Erick. Kini ia tengah mendial nomor bertuliskan nama 'Cewe Kaku' lewat ponsel hitamnya.

Baru tersambung 3 detik, orang disebrang sana langsung mengangkat telfonnya. "Re?" hanya terdengar gumaman disebrang sana. "Lo diluar?"

"Iya."

"Titip sesuatu ya."

Hening sekejap.

"Jangan aneh aneh."

Erick berdecak. "Curigaan mulu."

"Hidup lo terlalu mencurigakan."

Erick mengumpat dalam hati. "Gue titip cemilan sama martabak asin diperempatan depan."

IK HOU VAN JETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang