Elden terus memacu motornya dengan kecepatan sedang. Kadang ia menoleh sekilas lewat kaca spion guna melihat mimik Rea yang dalam hatinya tengah berfikir keras memutar otak menerka nerka kemana Elden akan membawanya.
Tiba tiba terlintas dipikiran Elden pertanyaan konyol yang tak patut ia pikirkan.
Apa Rea kalo pergi jalan bareng Regha naik motor gini suka pegangan?
Jangan jangan si kunyuk suka modus pake acara rem rem ngedadak gitu biar Rea kaget terus meluk dia?
Ah entahlah. Rasanya otak pas pasan dia mau pecah bayangin kalo sampe itu bener kejadian.
Di depan ada cafe yang keliatannya gak terlalu rame. Dirasa itu tempat yang cocok, Elden pun memelankan laju motornya dan memasuki area parkir membuat Rea refleks menegakan tubuhnya lalu turun saat Elden mematikan mesin.
Rea melihat lihat ke sekitar cafe dan saat melihat nama cafenya yang terpampang jelas diatas pintu masuk, ia mendengus.
Kenapa harus kesini sih.
"Mau masuk atau diem disini kaya gembel?" Rea sontak menggeplak mulut Elden membuat sang empu meringis pelan. "Gue cuma nanya kali."
Rea mendelik. "Lo aja yang diem disini jadi gembel, gue sih laper mau masuk." lalu ia melenggang pergi kedalam.
Elden melongo melihat gadisnya yang tengah berlenggok datar di depan sana. "Baru aja tadi dia makan dikantin sekarang udah laper lagi?" ia menggeleng tak percaya sambil mengikuti kemana arah gadis itu melangkah yang selanjutnya ia dibuat terkekeh geli saat Rea telah duduk dikursi.
"Ngapain nyari pojokan Re?" godanya sambil menahan senyum yang membuatnya terlihat begitu tampan dimata Rea.
Ah sial!
Sadar Re sadar lo harus fokus!
Rea pura pura melihat menu yang sudah tersedia dimeja yang diatasnya ada tulisan 'Sadely Cafe' dengan huruf besar bercetak tebal. "Gue sih masih punya malu, sekolah mana yang ngizinin muridnya keluyuran di jam pelajaran gini?" sindirnya sambil menoleh sekilas pada Elden yang sedang menarik kursi di depannya.
Tiba tiba ponsel Elden bergetar membuatnya merogoh saku celana abu abunya dan melihat notif yang masuk. Ia mendengus keras. "Ah i see, alasan yang cukup masuk diakal," sahutnya mulai tidak peduli dengan topik yang tengah dibahas mereka berdua.
Rea mengerutkan kening sejenak lalu mulai memilah menu.
Seorang pelayan berseragam merah datang kearah mereka. "Mau pesan sekarang kak?"
Rea mengangguk mengiyakan tanpa menoleh kearah pelayan itu karna terlalu fokus memilih makanan. "Pesen ramen yang topingnya chicken katsu level 10, lemon tea sama kentang gorengnya 1." si pelayan tadi mulai mencatat pesanan yang Rea sebutkan tadi.
Elden menganga mendengarnya. Ini kenapa gadis rampingnya kini jadi banyak makan? "Ngapain pesen level 10? Gak usah pedes pedes, level 5 aja."
Si pelayan yang telah mencatat pun sontak menoleh pada Rea guna memastikan.
Rea merenggut. "Apaan sih, udah mbak level 10 aja gak usah dengerin dia," ujarnya keras kepala.
Pelayan tadi kemudian menoleh kearah Elden membuat Elden tersadar. "Mau pesan apa kak?"
Sejenak Elden mendengus, ia pun menurunkan pandangannya pada kertas menu. "Ramen yang pake jamur, level sama minumannya samain aja." lalu pelayan tadi mengangguk dan mulai mencatat.
"Ramen dengan toping Chicken katsu level 10 satu, ramen dengan toping jamur level 10 satu, kentang goreng satu, lemon tea nya dua, benar?" Rea dan Elden serempak mengangguk. "Baik silahkan ditunggu. Terimakasih." lalu pelayan itu pergi meninggalkan Rea yang tengah membuka ponselnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
IK HOU VAN JE
Teen Fiction[Complited] "Alita jawab tante. Siapa yang hamilin Rea?" Dengan terbata Alita menyebutkan nama yang membuat dunia Arshita hancur dalam sekejap. "O-om Angga. Pelakunya om Angga, tan. Om Angga yang udah rusak Rea hari itu." Seketika Arshita terdiam. I...