Video call

97 13 5
                                    

Rea terus saja menghela nafasnya. Sudah hampir setengah jam semenjak dirinya sampai dirumah Elden, ia hanya diam sambil mengganti ganti channel tv dengan remot hitam ditangannya. Setelah beres latihan tadi, mereka pulang ke rumah Elden terlebih dahulu. Dan kini apa yang tengah Elden lakukan?

"Batu banget sih." keluh Elden.

"Apalagi?"

Elden menoleh. "Dibilangin yang megang hp bukan lo, tapi gue. Eh dia tetep ngeyel mau ngajak lo jalan."

"Yaudah biarin aja." sahut Rea cuek membuat Elden mendelik.

"Biarin biarin. Sampe rumah aja lo terima pasti ajakannya."

"Kalo lo gak izinin gue gak bakal pergi."

"Kalo gue izinin?"

"Ya pergi."

"Enak banget." cibirnya tak terima. Ia melanjutkan kegiatannya yang tadi tertunda. Melayani chat Revan diponsel kekasihnya.

"Boring banget sih."

Elden mendongak. "Mau jalan?"

Rea mengangguk semangat.

"Gue mandi dulu." lalu ia beranjak ke kamarnya, membuat Rea memiliki kesempatan untuk memegang ponsel yang sedari tadi dijamah kekasih tercinta.

Baru saja ia membuka lockscreen, tiba tiba ponselnya berdering. Panggilan video dari Revan. Rea diam sejenak, lalu menjawab panggilan itu dengan terpaksa.

"Hai." sapa Revan disana.

Rea tersenyum tipis. "Hai."

"Lo lagi dirumah Elden?"

"Iya."

Raut wajah Revan sedikit berubah. Ia memperlihatkan rasa cemburunya secara terang terangan. "Lagi ngapain?"

"Nunggu dia mandi."

Alis Revan berkerut. "Mau jalan?"

Rea hanya mengangguk. Kenapa ia jadi merasa tengah diintrogasi oleh pacarnya, seakan akan Elden adalah teman lelakinya dan Revan kekasihnya.

"Padahal gue mau ajak lo keluar."

"Telat." sahut Rea pendek. Rea dibuat gagal fokus dengan penampilan Revan saat ini yang hanya menggunakan kaos putih saja. Rambutnya berantakan, dengan posisi bersandar pada kepala ranjang membuatnya terlihat begitu wah dimata Rea.

"Berarti kapan kapan bisa?" tanya Revan antusias.

Rea diam. Sebenarnya tidak masalah. Tapi Elden, kekasihnya itu memiliki sifat cemburu yang tidak bisa dikontrol. "Tergantung mood."

Mendengar itu Revan terkekeh.

Anjirrr gila. Bikin dosa aja sih.

"Dasar cewek. Mainannya mood." cibir Revan.

"Daripada cowok. Mainannya cewek."

Kamera bergerak gerak saat Revan menegakkan posisinya. "Siapa bilang? Gue setia kok."

Rea diam.

"Mau bukti" tiba tiba saja raut wajahnya berubah serius.

"Ha?"

"Gue bakal buktiin kalo ucapan lo barusan gak berlaku buat gue." sahutnya tanpa memperdulikan ucapan Rea.

Rea menoleh keatas, takut Elden keluar dan melihatnya. "Jangan dibahas."

"Oh iya, lo ikutan dance kan buat acara nanti?" Revan pun mengalihkan topik. Tak ingin membuat Rea risih dengan pembicaraannya yang sensitif.

IK HOU VAN JETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang