Bolos Sekolah

62 5 3
                                    

Dan benar saja. Tepat saat Elden sampai didepan pintu kelas, bel berbunyi nyaring. Seakan menyadarkan akan keterlambatan mereka yang baru sampai disekolah.

Tadinya Elden ingin berbicara empat mata dengan Rea. Tapi karna kejadian dirumah gadisnya itu tadi membuat dirinya datang hampir terlambat, membuatnya urung dan merubah jadwal empat matanya itu menjadi setelah habis jam pelajaran nanti.

Dalam diamnya, ia terus memperhatikan Rea yang duduk tepat didepan mejanya. Rea-nya itu kini tengah memperhatikan materi yang tengah dijelaskan oleh bu Susi didepan kelas mereka. Jam pertama kelas mereka adalah bahasa Indonesia. Jadi sekarang mereka tengah belajar pelajaran itu. Pelajaran yang menurut Ghifara itu sangat membosankan.

"Baik. Jadi minggu depan saya ingin kalian menyerahkan laporannya." suara bu Susi berhasil menyita perhatian Elden. "Untuk kelompok, saya serahkan pada KMnya saja yang mengatur. Siapa KMnya?"

Nizar mengangkat tangannya kala semua mata tertuju padanya.

"Zar, nanti kamu bagi baginya 5 orang perkelompok ya. Biar ibu gak pusing nanti ngasih nilainya," titah bu Susi sambil berjalan kearah mejanya.

Nizar mengangguk. "Siap, bu."

Karna sedari tadi ia tidak fokus sama sekali pada KBM mereka, membuat Elden refleks menoleh pada Gerald yang duduk disampingnya. "Tugas apaan?"

Bukannya menjawab pertanyaan Elden, Gerald justru menoleh ke belakang, menepak pundak Nizar membuat sang empu yang tengah berbincang dengan Sesil, sang sekretaris kelas itu menoleh. "Lo, gue, cewek lo sama dua kulkas ini jadiin satu kelompok," ujar Gerald tiba tiba.

Elden mengerutkan keningnya kala mendengar kata dua kulkas meluncur dari mulut Gerald.

"Ngapain?" tanya Nizar tidak paham. "Aw! Iya ini bentar, ketua basket lagi ngasih mission X," keluh Nizar sambil menoleh sekilas saat tangannya digeplak oleh Sesil.

"Ish gue lagi ngomong bukannya dengerin. Dasar cowok," dumel Sesil sambil mulai mencatat apa yang ia perbincangkan dengan Nizar tadi.

Ghifara yang duduk disamping Nizar pun tertawa mendengarnya. "Ada masalah apa sih lo sama cowok?" tanyanya sambil menatap Sesil geli.

Sesil hanya memberenggut tanpa melepaskan fokusnya pada buku dan pulpen hitam miliknya.

"Udah turutin aja," jawab Gerald menjawab pertanyaan Nizar sambil kembali menghadap depan. Ia hanya mengangkat bahu acuh saat Elden bertanya ada apa. "Tanya aja sama Rea nanti."

Jawaban itu sontak membuat Elden mendelik. "Sejak kapan lo jadi mak comblang?" sindirnya mulai paham kemana arah main sahabatnya itu.

Gerald tertawa renyah mendengarnya.

Sedangkan Rea, dengan segala ketajamannya itu tanpa sengaja mendengar percakapan dibelakangnya hanya bisa menghela nafasnya pasrah.

Punya kuasa besar tuh anak temenan sama ketua kelas.

"Kalo begitu ibu tunggu minggu depan ya. Sekarang akan ada rapat, jadi pelajaran akan kosong sampai istirahat nanti. Jangan keluar kelas bawa rombongan. Kalo mau keluar izin dulu," beritahu bu Susi membuat semua murid dengan tak tahu malunya bersorak "Yes!!" dengan keras.

Termasuk Elden. "Jangan keluar rombongan katanya. Kalo berdua berarti boleh kan, Ger?"

Gerald yang paham pun hanya mengibaskan tangannya di udara. "Semerdeka lo aja."

Dengan raut aneh Elden balik menghadap Nizar. "Zar. Izinin gue ya." tanpa menunggu persetujuan, ia kembali menghadap depan sambil berkata nyaring. "Re." membuat semua yang ada dikelas menoleh kearahnya. Ia bangkit menghampiri gadisnya sambil memegang lengan kirinya. "Ikut gue bentar."

IK HOU VAN JETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang