Mulai Bergerak

66 4 0
                                    

"Rick," panggil Aji sambil mengerling. "Target lo, gua udah punya kontaknya dong." alisnya ia angkat dengan tujuan menggoda.

Detik itu juga Erick menegakan tubuhnya. "Serius lo?"

"Yoi mamen. Gua dapet dari anak BEM kenalan gua."

Kening Erick mengerut. "Dia anak BEM?"

Aji mengangguk sambil menggoyang goyangkan kaki kanannya yang berada diatas paha kirinya.

Mendengar itu sontak Zio meledeknya habis habisan. "Auto masuk BEM."

Erick tak menggubris. Ia melempari Aji dengan tutup pulpen milik Sinta karna wanita itu kini sedang mencatat sesuatu dimeja. "Awas lo embat tuh cewek, gua abisin lo."

Aji malah tertawa. "Siapa cepat dia dapat."

"Anjing," umpat Erick meski ia yakin Aji hanya bercanda.

"Cantik Man. Gua rela bersaing sehat sama lo kalo lo mau." Aji menaik turunkan alisnya.

Jian yang sedari tadi diam pun menaruh ponsel sembari menegakan tubuhnya. "Secantik apa sih coba sini gua liat."

Dengan cepat Sinta menarik rambut Jian. "Gak usah buaya lo, sadar diri udah punya cewek."

"Yaelah Ta liat doang gua."

"Liatnya cowok itu berpotensi adanya bisikan bisikan setan," sahut Sinta santai sambil lanjut menulis.

"Lo nulis apaan Ta? Orang mah dikantin tuh nongkrong bukan belajar." Zio merapatkan tubuhnya melihat apa yang tengah dikerjakan oleh sahabatnya itu.

"Gue lupa nyalin tugas si Erick semalem."

Mendengar itu Erick mencondongkan tubuhnya. "Rajin boleh tapi jangan diforsir juga Ta. Otak lo butuh refreshing."

Sinta mengangkat wajahnya. "Justru karna gue terlalu pemalas gak ngerjain tugas dari semalem jadi gue ngerjainnya sekarang."

Seketika Erick menggaruk tengkuknya. "Iya juga sih, anjir tadinya mau sok care biar keliatan sayang temen," rutuknya sebal.

Zio mendecih keras. "Modus lo Rick, kebaca."

Aji menggeplak lengan atas Erick. "Heh lo mau gak nih kontak tuh cewek."

"Kalo pun gue mau kontak dia, gue mau dia yang ngasih ke gue sendiri," ucapnya yakin.

"Halah lagak lo Rick," cebik Jian sambil membalas chat Trifa. "Gue cabut duluan, cewek gue minta kecupan mesra katanya."

Seketika Sinta mengangkat wajahnya. "Anjing."

"Eh anak manis gak boleh kasar," tegur Zio meledek.

"Yang udah taken mah beda, songongnya gak ketulungan." Aji tertawa keras sambil melempari sahabatnya itu dengan kertas yang telah ia gulung gulung.

"Kertas gue ya Ji, gak usah lo pake nyampah," sewot Sinta.

"Dah ah gue cabut, duluan!"

"Gue juga cabut ah, mau nyeriusin eneng Maira dulu." Erick mencomot banyak Kentang goreng lalu melahapnya dalam sekali telan. "Eh ini minuman kalo gak diabisin mubazir Yo."

Zio tersentak. "He ajig." namun ia terlambat menahan tangan Erick yang sudah meneguk habis coca colanya. "Emang dasar lo sahabat duafa."

"Thanks guys, bye bye!" lalu Erick berlari meninggalkan ketiganya.

Zio melirik Aji dan Sinta yang sudah menyelesaikan acara salin menyalin tugasnya. "Ini kalo gue ikut ngebucin nyusul mereka, lo berdua yang bakal jadi bucin disini."

IK HOU VAN JETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang