Kabar Paling Mengerikan

86 6 0
                                    

Saat ini uks sedang ramai diisi oleh hampir semua murid kelas 12 IPA 1 hingga memenuhi jalan pintu keluar.

Elden, Gerald dan Pandu yang sejak pagi sudah disibukan rapat MPK Osis kesana kemari, Nizar yang tengah melatih tim basket menggantikan posisi Elden dan Gerald, Arif dan Ara yang sedang menemui pak Hardi guna memperjelas kegiatan festival cabang olahraga yang akan berlangsung 3 hari lagi, Ari yang sedang pergi bersama Devon, Audy dan Maura untuk mencari hiasan kelas, dan beberapa murid lainnya seperti Sesil, Al, Ratna dan lainnya kini ikut berkerubung dengan raut khawatir menunggu gadis yang kini terbaring lemah diuks dengan tangan yang sedari tadi tidak terlepas dari genggaman Elden yang duduk disampingnya.

"Kalian kenapa berkerumun semuanya disini? Yang ada nanti Rea keabisan oksigen kalo semua anak kelas masuk ke uks yang sempit gini," ujar mbak Devi, dokter yang biasa berjaga diuks ini ditemani beberapa anggota PMR secara bergiliran, membuat semua menoleh kearah samping lemari dimana mbak Devi barusan muncul dari situ sambil tersenyum.

Bukan maksud mengusir, ia hanya ingin mencairkan suasana yang sedari tadi terlihat tegang saja.

"Kita kan bestfriend forever mbak, nunggu satu ya nunggu semua," celetuk Devon dengan wajah tengilnya membuat Al dan Arjun menyerangnya dengan kejam.

"Yang ada tuh sakit satu sakit semua oon!" hardik Alita dengan wajah sarkastik.

Melihat itu seketika Devon merenggut. "Sensi mulu lo sama gue, suka lo ya sama gue? Ngaku lo?"

"Hidihhh najis banget gue kudu suka sama cowok tengil kaya lo, cih!"

"Heh gini gini juga fans gue sama si Elden beda tipis ya!" sahutnya tak terima.

"Siapa?"

"Gue lah!" jawab Devon bangga.

Alita tersenyum. "Yang nanya," lanjutnya membuat yang lainnya ikut terbahak melihat wajah Devon.

Gerald yang melihat mbak Indah terlihat memperhatikan dengan bingung langsung turun tangan. "Adu jotos sekalian, biar masuk uks semua." suaranya terdengar datar dan mengancam membuat semua nyali menciut.

Elden sedari tadi hanya diam tanpa memperhatikan. Yang ia pikirkan saat ini hanyalah keadaan gadisnya. Dalam hati ia bersumpah akan menghukum dirinya sendiri kalau sampai terjadi apa apa pada Rea-nya ini.

Adilla yang melihat raut cemas diwajah Elden yang kentara sangat ia perlihatkan ikut terenyuh. Ia memegang pundak kekasih sahabatnya itu membuat bukan hanya Elden menoleh, tapi Nizar yang berdiri tepat disamping Adilla pun turut mengernyit melihat perlakuan kekasihnya itu. "Lo gak usah khawatir, Rea pasti cuma telat makan doang. Jangan nyalahin diri lo sendiri." Elden diam diam terus menerus memutarkan ucapan Adilla barusan untuk mensuges dirinya bahwa ini memang bukan salahnya.

Tapi gagal. Hatinya selalu berteriak keras bahwa ini semua buah dari kecerobohannya semalam. Ia merasa perlakuannya pada Rea semalam itu benar benar keterlaluan. Sangat sangat chilldish.

Diam diam Nizar mendengus sambil menekan egonya sekuat mungkin. Tidak mungkin kekasihnya ini ada rasa pada pacar sahabatnya sendiri. Terlebih Elden juga merupakan sahabat dari dirinya yang notabenenya adalah pacar Adilla.

Elden mengangguk tanpa menoleh. "Thanks Dil." Adilla pun menurunkan tangannya dari pundak Elden.

Tanpa lelah Elden terus mendekatkan minyak angin ke hidung Rea agar gadisnya cepat bangun, mengoleskannya ke telapak tangan, sekitar leher dan keningnya dengan sedikit pijatan membuat semua temannya berdecak kagum atas perhatian yang Elden curahkan pada Rea setelah apa yang terjadi dilapang kemarin.

"Weh si kulkas ternyata bisa sweet juga sama ceweknya," celetuk Arif dengan bodohnya membuat Elden meliriknya sekilas. "Ehehe ampun bang jago," cengirnya.

IK HOU VAN JETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang