Pertengkaran Hebat

97 6 2
                                    

"Aku gak papa, Ma. Cuma kecapean aja mungkin karna kemarin kemarin sering latihan buat pensi," ujar Rea mencoba bersikap biasa saja.

"Gak papa gimana orang kamu sampe pingsan. Ini kalo abang kamu tau yang kena omel pasti Mama," decak Arshita sambil terus mengusap tangan anak gadisnya.

Rea melirik Elden, ia yakin apa yang ada dipikirannya dan dipikiran Elden saat ini sama.

Bagaimana caranya mereka memberitahukan pasal kehamilan Rea pada Arshita dan Erick.

Rea berdeham singkat guna menetralisir rasa gugupnya. "Mah," panggilnya pelan.

Arshita hanya mengangkat wajahnya, menatap Rea dengan tangan yang masih ia gunakan untuk mengusap lembut lengannya.

Rea diam dengan tangan dingin luar biasa.

Arshita bingung melihat wajah panik anak gadis satu satunya itu. "Kenapa sayang? Kamu beneran gak papa kan?" tanyanya kembali cemas.

Dengan cepat Rea menggeleng. "Enggak Ma. Bukan itu."

Melihat Rea semakin tertekan, dengan cepat Elden mengambil alih situasi. "Tante, Elden boleh bicara sama tante sebentar?" tanyanya sopan.

"Bicara apa?" tanya Arshita bingung.

Elden diam sebentar. "Enggak disini, tan. Kita bicara dibelakang aja."

"Den," panggil Rea cepat yang dibalas oleh anggukan Elden, berusaha meyakinkan bahwa semuanya akan baik baik saja.

Melihat itu Arshita menatap Rea dan Elden secara bergantian. "Ini ada apa?"

Elden menoleh. "Elden jelasin dibelakang ya tan."

Karna rasa penasaran yang luar biasa akhirnya Arshita mengangguk. "Yaudah. Kamu diem dulu disini. Kalo ada apa apa kamu panggil aja," ujarnya pada Rea yang tidak digubris sama sekali karna pikiran Rea sedang melayang entah kemana.

Arshita dan Elden pun beranjak dari duduk, berjalan kearah belakang meninggalkan Rea yang cemas sendiri.

***

"Kenapa? Rea gak kenapa napa kan?" tanya Arshita semakin gelisah.

"Enggak kok, tan. Dia cuma kecapean aja." Elden diam sejenak. Diam diam ia menghela nafas dalam untuk menyiapkan mentalnya. "Elden mau bicara sesuatu sama tante."

Arshita menoleh tenang. "Bicara apa sampe harus ke belakang gini?"

"Sebelumnya Elden mau minta maaf karna udah gagal jagain Rea, tan. Elden yakin tante sama bang Erick pasti kecewa banget sama Elden. Tapi sekali lagi Elden cuma bisa minta maaf yang sebesar besarnya karna udah ceroboh." Elden merundukan wajahnya sedikit gentar.

Kening Arshita berkerut tidak mengerti. Otaknya mencerna hal lain yang membuatnya salah paham. "Kamu gak usah ngerasa bersalah. Rea cape kan karna acara sekolah, bukan karna yang lain. Sama sekali bukan salah kamu," ujar Arshita sambil tersenyum.

Mendengar itu dengan cepat Elden mengangkat wajahnya. "Bukan karna itu, tan. Sebenernya Rea pingsan bukan karna kecapean aja, tapi karna ada hal lain."

Raut wajah Arshita berubah cepat saat mendengarnya. Ia panik bukan main. "Rea kenapa, Den? Dia gak mungkin punya penyakit aneh aneh kan?"

Tinggal selangkah lagi. Tinggal satu tarikan napas lagi untuk memberitahukan semuanya pada ibu gadisnya itu. Tapi lidah Elden tiba tiba kelu. Ia takut Arshita marah atau bahkan tidak mau menerima niatnya yang ingin meminang Rea sesegera mungkin.

Arshita mengguncang pelan lengan Elden. "Jawab tante, Den," ujarnya tidak sabar.

Setelah memejamkan mata sesat, menguatkan hati dan bersiap akan menghadapi semuanya. Elden pun merosot ke lantai, tunduk dihadapan Arshita membuat wanita dengan 2 anak itu terkejut bukan main.

IK HOU VAN JETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang