Gara gara basket

117 12 3
                                    

Beberapa hari lagi pesta acara ulang tahun sekolah akan segera dilaksanakan. Semua tim penghibur serta peserta lomba sudah memasuki final dalam latihan mereka. Termasuk tim basket Elden. Belakangan ini mereka terus berlatih sampai lupa waktu. Begitu pun tim dance Rea. Beberapa hari belakangan mereka selalu berlatih dijam pelajaran. Tapi kali ini, mereka akan berlatih agak lama dan profesional. Jadi mereka putuskan akan berlatih saat pulang sekolah.

"Gila. Gue gak percaya tim kita udah maju sejauh ini." ujar Cici.

Karin menoleh. "Asli. Gue juga kaget liat si Rea bisa dance gitu."

"Kudu di asah dulu baru keliatan bakatnya." sahut Lauren.

Rea yang sedang memperbaiki ikatan rambutnya hanya mendengar tanpa mengeluarkan suara.

Dinda yang duduk disebelah Cici pindah ke samping Rea. "Re." sang empu menoleh. Dinda tersengir. "Sejak kapan lo bisa dance?"

Rea diam sejenak. "Dari kecil."

Semua membulat. "Kok lo gak pernah ngomong sih?" tanya Lauren.

"Emang kalian nanya?"

Semua saling menoleh. "Nggak sih."

"Tapi kan lo bisa ngomong sama bu Rina gitu biar lo masuk kandidat ketua eskul dance."

"Gue gak pengalaman jadi ketua eskul."

"Seenggaknya lo bisa jadi anggota dance kalo ajang pensi kayak gini. Si Sarah gede gaya doang, jagonya kagak." gerutu Karin pasal ketua dance tahun lalu, sekarang sudah diganti oleh adik kelas.

Rea hanya mengedikkan bahunya acuh.

Semua mendengus.

Rea membetulkan tali sepatunya. "Latihan lagi?"

"Break dulu deh. Cape gue." sahut Cici.

Karin berdiri. "Ngantin yok." yang dijawab oleh anggukan semuanya. Mereka pun bangkit dan keluar dari aula.

Saat melewati lapangan, terlihat beberapa anak basket tengah mengoper oper bola dengan sembarang. Dan sebagiannya lagi tengah mengibasi tubuhnya dengan baju bagian atas.

Rea melihat Elden yang kebetulan tengah menatapnya juga. Hanya ada wajah datar disana. Mungkin dia masih kesal karna sepulang dari cafe kemarin Rea tidak menghubunginya lagi. Ponselnya mati dan saat dicharger, ia malah tertidur.

Rea pun tak ambil pusing. Ia melanjutkan langkahnya sambil menyimak lawakan yang dilontarkan Karin.

Sampai tiba tiba, sebuah bola menggelinding kearahnya, kearah mereka berlima lebih tepatnya.

Rea mengangkat wajahnya, satu diantara mereka menghampirinya, yang lain hanya menunggu sambil memperhatikan.

Saat orang tadi sampai didepan mereka, tatapannya jatuh diwajah Rea. "Eh elo, Re. Gue kira siapa." ujarnya so kenal so dekat.

Rea mengerutkan keningnya.

Revan memamerkan senyum terbaiknya. "Lo gak lupa gue kan?"

"Revan, kandidat ketua basket yang gagal saing karna perbedaan yang sangat tipis dengan Gerald."

"Dan mendapati perbandingan yang beda jauh dengan Elden." sahut Cici menambahi ucapan Karin.

Rea hanya diam mendengarkan.

"Padahal gue ngajak ngobrol Rea. Bukan kalian." goda Revan sambil terkekeh.

"Anjirrr."

"WOY, VAN! CEPETAN JANGAN MODUS DULU!" teriak salah satu orang dilapang sambil tertawa bersama yang lain.

IK HOU VAN JETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang