Ambigu

74 4 0
                                    

"ARGGGHHHHH!!!" Rea berteriak kencang membuat Elden dan yang lainnya tidak bisa lagi menahan diri. Mereka mendobrak pintu uks dengan sekali hentak yang detik selanjutnya mereka sama sama kaget.

Adilla dan mbak Devi kaget karna ulah nekat mereka sedangkan mereka yang diluar kaget karna melihat kondisi Rea.

"Rea!" teriak Elden berlari kearah Rea berusaha menghentikan aksi Rea yang tengah menyakiti dirinya sendiri. "Rea stop! Kamu kenapa nyakitin diri kamu sendiri?" panik Elden berusaha menahan tangan Rea yang ia rasa kekuatannya berkali kali lipat jauh dari kekuatan biasanya. "Rea tolong aku mohon berhenti, demi aku tolong," bujuk Elden dengan nada memohon membuat Rea mendongak lalu menghempaskan tubuhnya pada pelukan Elden.

Tanpa berpikir panjang Elden langsung membalas pelukan Rea sama eratnya, seakan tengah menyalurkan kekuatan lewat pelukan itu.

Melihat pemandangan tiga gadis yang sama sama tengah menangis di dalam uks itu tentu membuat Gerald, Nizar, Alita dan lainnya penasaran.

"Dil, ini kenapa? Rea kenapa shock gitu?" tanya Alita beruntun.

"Hancur Ta, hancur." hanya itu yang bisa Adilla katakan saat ini. Ia menyandarkan tubuhnya dipelukan Alita sambil menangis sesenggukan.

Gerald. Ia berusaha mengartikan kata 'hancur' yang Adilla katakan tapi bersamaan dengan itu ia juga berusaha menepis opini opini yang membawanya pada jalan buntu.

Mana mungkin Rea lakuin hal kaya gitu? Sama Elden? Hanya kalimat itu yang ada dibatin Gerald saat ini.

Alita menggeleng lemas. "Jangan bikin gue mikir yang enggak enggak Dil!" sentaknya ikut menangis.

Entahlah. Keadaan disana saat ini begitu kacau. Hingga mereka yang tidak tahu apa apapun ikut meneteskan air mata melihat keadaan mbak Devi dan Adilla, terutama mendengar jeritan histeris yang sedari tadi Rea keluarkan dalam pelukan Elden.

"Aku kotor Elden aku gak pantes jadi milik siapapun. Aku hancur," gumam Rea pelan karna teredam oleh dada Elden membuat suaranya hanya terdengar oleh Elden saja.

Elden menegang. Sebenarnya ia sudah bisa menebak kemana sinyal mbak Devi tadi. Apalagi melihat keadaan Rea saat ini semakin mayakinkannya tanpa diberitahu.

Tapi kenapa harus secepat ini?

Dengan hati tersayat melihat gadisnya, Elden terus berusaha menenangkan Rea. "Udah ya sayang kamu gak usah takut. Ada aku disini, kamu milik aku. Siapa bilang kamu kotor, hm? Yang kotor itu dia yang udah renggut semuanya dari kamu Rea. Kamu gak salah, ini bukan keinginan kamu." Elden terus mengusap punggung Rea sambil menahan agar ia tidak menjatuhkan air matanya disini.

Bukannya takut terlihat lemah, ia hanya tidak ingin Rea semakin sedih dan terpukul. Justru saat ini ia ingin menjadi penguat bagi Rea-nya.

"Aku takut, gimana reaksi mama sama bang Erick nanti kalo mereka tau aku... Ngandung anaknya papa?" tanyanya memelan ditiga kata terakhir.

Dengan cepat Elden menggeleng. "Anak aku. Bilang ke mereka ini anak aku. Aku yang bakal tanggung jawab. Jangan mikir macem macem selama ada aku Rea. Percaya sama aku, aku gak bakal diem aja. Aku pasti tanggung jawab." mendengar itu tangis Rea semakin menjadi.

Adilla yang tengah meratapi nasib sahabatnya itu langsung bangkit memeluk Rea. "Lo yang kuat Re, gue yakin lo pasti bisa. Percaya sama gue, lo gak sendirian. Gue ada buat lo. Elden, Alita, Iyan, Arjun, semuanya selalu ada buat lo."

Semua tenggelam dengan pikiran dan opini masing masing, hingga tiba tiba suara keras mengintruksi mereka semua.

"Loh kenapa kalian semua ada disini?"

IK HOU VAN JETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang