Rea Pingsan

75 7 0
                                    

Erick menatap lurus ke depan sambil mengernyitkan matanya. Ia yang berniat ingin memasukan cuciannya ke mesin cuci di dekat kamar mandi luar kini mengurungkannya. "Lo kenapa?" tanyanya sambil berjalan kearah Rea yang baru saja menutup pintu luar.

Rea mendongak, ia menggeleng kecil membuat Erick berdecak. Seketika Rea mendengus. "Gue gak papa."

"Apa susahnya sih kalo ditanya tuh jawab pake omongan, bukan pake sinyal sok geleng geleng lo kira ini diskotik?" cerocosnya membuat mood down Rea kini kembali up tapi bukan diporos yang baik.

"Apa sih perasaan lo nyari masalah mulu sama gue, ada dendam lo sama gue hah?" sentak Rea.

"Tuh kan sekalinya ngomong suka nyakitin. Gue cuma titip sama lo kalo jawab pertanyaan gue tuh pake ucapan jangan pake sinyal. Gue bukan cenayang yang bisa ngertiin semua gerakan gerakan lo Edrea," sahut Erick sambil menekan pinggang dengan kedua tangannya.

Rea diam sebentar. "Apa peduli gue. Ngapain juga gue ladenin lo disini," gumamnya sambil menyambar tas dan sepatu yang belum sempat ia taruh ke kamar karna kedatangan Elden dan Regha tadi. "Mending gue mandi terus tidur, itu lebih bermakna ketimbang ladenin gorila kebon kaya lo."

Seketika Erick melebarkan matanya. "Sialan lo heh sini lo ngomong yang keras kalo berani," teriaknya sambil menoleh ke belakang saat Rea berlenggok santai menaiki undakan tangga. "Kurang ajar emang."

Sedangkan diatas, Rea berkali kali mencoba menghubungi Elden, tapi nihil. "Masa dia beneran marah sih perkara gue kelilipan doang juga dipermasalahin?" gumamnya kesal sendiri. Ia melihat jam yang kini menunjukkan pukul 23.07.

Rea membanting ponselnya kearah bantal lalu bangkit menyambar handuk dan masuk ke kamar mandi.

***

Elden masuk dengan helm ditangannya. Sekilas ia melihat keluarganya tengah berkumpul didepan tv. Tidak sopan rasanya jika ia langsung naik keatas. Dengan rasa lelah lahir dan batin, Elden pun berjalan kearah sofa dan duduk disebelah Revan.

Semua menoleh kaget.

"Baru pulang dek? Kenapa gak sekalian nginep sampe subuh aja," sindir Arga sambil mencebik.

Elden hanya berdecih sambil membuka tas dan sepatunya.

Melihat itu Bimo tertawa. "Kamu darimana aja bang? Jam segini kok baru pulang."

Elden menoleh. "Dari rumah Rea," jawabnya singkat.

Mendengar itu sontak Wilda tersenyum. "Hmmm pantes lupa waktu, abis quality time sama pacar ternyata," sindirnya sambil pura pura mengganti channel.

"Kusut amat mukanya mas. Abis berantem sama cewek lo?" ledek Maira yang duduk disebelah Arga dengan kedua kaki diatas sofa.

"Kepo lo kebo."

Revan, si manusia setengah cuek itu tiba tiba mengeluarkan suara seperti tawa yang tertahan membuat semua menoleh.

"Apa lo ha?" tanya Maira galak.

Revan menoleh. "Kebo lo," sahutnya santai.

Arga mengangguk setuju. "Emang kebo. Kuliah jam sepuluh aja tuh anak bangunnya jam sepuluh kurang sepuluh."

Dengan cepat Maira menjambak rambut abangnya itu dari samping. "Ngaca oon!"

Arga menegakkan tubuhnya. "Mana ada gue kebo, yang kebo tuh elo!"

IK HOU VAN JETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang