11. Perkara Adrian

116 14 3
                                    

"Mau makan apa, Re?" tanya Adrian pada Rea yang belum juga menyebutkan pesanannya.

Rea menatap Adrian sambil menggeleng. "Belum laper."

Arjun menoleh. "Makan, Re. Ntar lo sakit, emak abang lo yang susah."

"Tau nih. Disuruh makan aja susah." tambah Alita.

"Gue beneran belum laper." keukeuh Rea tetap pada pendiriannya.

Adrian menghela nafasnya. "Re." Rea menoleh. "Makan atau gue juga gak mau makan?"

Solidaritas is number one.

Diet satu, diet semua. Sakit satu, sakit semua. Lapar satu, lapar semua.

Rea tidak mungkin membiarkan sahabatnya kelaparan selama jam pelajaran nanti hanya karna keegoisan dirinya.

"Apaan sih?" protes Rea.

"Ya makannya lo makan." desak Adrian.

Rea mendengus. "Maksa."

Adrian pun tertawa. "Kalo gak diancem dulu lo susah diatur." lalu ia pergi ke stand makanan tanpa menanyakan menu yang Rea inginkan.

Biasanya jika sudah dipaksa untuk makan, pesanan apapun akan Rea telan demi menghargai pengorbanan sahabatnya.

Ara dan Nizar saling tatap. Gerald mengulum senyumnya. Sedangkan Ari dan Arif tengah berdehem dehem gak jelas saat melihat wajah Elden yang berubah kala melihat pemandangan mengharukan tadi.

"Hadeuhhh panas braderrr." sindir Ara sambil mengibas ngibaskan seragamnya.

"Mahameru otw meletus nih kayaknya. Siap siap ae dah lo pada." tambah Arif sambil menyeruput es milik Adilla.

Elden memang dingin. Tapi dia bukan cowok yang susah dikode.

Dia jelas paham. Dia tau kalo semua ucapan sahabat sahabatnya itu sindiran untuk dirinya. Dan memang semua itu benar adanya.

Ada rasa panas menjalar disekujur tubuhnya kala melihat bentuk perhatian Adrian pada gadisnya. Tapi ia tak mau egois dengan melarang larang Rea bergaul dengan siapapun. Sebisa mungkin ia simpan rasa cemburunya rapat rapat.

Nizar menyikut lengan Rea. "Gak ngerasa kesindir?" tanya nya setengah menggoda.

Rea mengerutkan keningnya bingung. "Hah?"

Pecah sudah tawa Nizar, Gerald dan yang lainnya.

Gadis dihadapan mereka ini memang harus diajari bagaimana cara membaca mimik wajah seseorang.

Kekasih lebih tepatnya.

"Kenapa sih?" tanya Rea bingung. Saat ia melirik pada Elden dan menggerakan bibirnya tanda bertanya, cowok itu malah melengos tanpa merespon.

"Si Elden cemburu liat lo sama Adrian ih Rea lo mah gak peka." Adilla turun tangan.

Rea terkejut.

Apa dia bilang?

Elden cemburu?

Elden bisa cemburu?

Sama sahabatnya sendiri?

"Emang iya?" ceplosnya sambil menatap Elden dengan pandangan polosnya.

Tawa mereka kembali menggema. Membuat beberapa pengunjung menoleh, merasa kepo juga terganggu.

Tak lama, tawa mereka tiba tiba terhenti saat Elden beranjak dari duduknya, lalu berlalu keluar kantin tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

Tentu semua terkejut dibuatnya. Terutama Rea.

IK HOU VAN JETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang