SFA 02

1.6K 189 23
                                    

Kana

Seperti hari-hari biasanya, aku hanya menghabiskan waktu di dalam apartment ini. Semenjak kejadian malam itu, dimana kesucian diriku di rengut paksa oleh Yoongi, dia selalu mengunci pintu rumah saat ia pergi. Aku seperti di penjara olehnya, jika dia sudah pulang, setiap waktu yang berlalu akan aku lewati dengan kesengsaraan, kekerasan, dan pelecehan, selalu seperti itu. Kebencian pria itu padaku memang sudah mengental di aliran darahnya.

Tiba-tiba ponselku berdering, tertera nama adikku di layar persegi ini. Aku buru-buru menetralkan nafasku dan suaraku, agar adikku tidak tahu bahwa aku habis menangis.

"Yeobseo... Hajoon-ah, ada apa?" ucapku setenang mungkin.

"Oh, noona. Joon hanya ingin mendengar suara noona saja." jawab Hajoon, ia berucap sambil tertawa, ah pasti adikku ini merindukanku.

"Uri Joonie merindukan noona, hm?" godaku padanya. Hajoon memang sudah remaja, tapi dia adalah adikku yang manja. Sebelum aku menikah saja, dia masih sering tidur bersamaku, makan masih minta disuapi, dan bahkan saat dia tahu aku akan menikah, semalaman dia menangisi diriku.

"Eung! Joonie rindu noona, rindu sekali. Kapan noona dan Yoongi Hyeong akan berkunjung kerumah?" mendengar pertanyaan Hajoon, dadaku kembali terasa sesak. Bagaimana aku bisa pulang ke rumah Eomma dengan pria itu. Dia saja tidak pernah membolehkan aku keluar, dan bagaimana caraku untuk mengajaknya pergi?

"Maafkan noona Joon-ah, Yoongi oppa sedang banyak pekerjaan. Dia sangat sibuk, nanti jika sudah ada waktu, noona dan Yoongi oppa akan berkunjung kerumah." Ucapku terpaksa berbohong.

"Hm, Arraseo noona." jawabnya dengan suara lesu.

"Bagaimana keadaan eomma? Semua baik-baik saja kan?" tanyaku, selama aku menikah, aku belum pernah bertemu eomma dan adikku lagi. Sungguh, aku rindu sekali dengan mereka.

"Keadaan eomma semakin membaik, dan semua baik-baik saja noona. Tenanglah. Jangan terlalu pikirkan kami." ucapnya sok dewasa.

"Baguslah kalau begitu, noona hanya khawatir saja dengan kalian." ucapku menahan tangis.

"Noona, Hajoon harap, noona akan selalu bahagia ne. Jangan bersedih lagi, kan sudah ada Yoongi hyeong." ujarnya sambil tertawa gemas. Astaga, aku rindu tertawa bersama Hajoon dan eomma. Apakah aku bisa merasakan kebahagiaan itu lagi?

"Aigoo... Uri Joonie sudah dewasa oh?! Tenang saja, noona akan selalu bahagia bersama Yoongi oppa. Jaga eomma baik-baik ya, secepat mungkin noona akan berkunjung kerumah." aku mencoba untuk tertawa walaupun sebenarnya aku sedang menahan airmata ku yang mendesak ingin keluar.

"Hahaha, baiklah noona. Kalau begitu sudah dulu ne, Joon mau menyiapkan air hangat untuk eomma mandi." ucap Hajoon.

"Oh arraseo, noona tutup telfonnya." sambungan telfon pun terputus. Saat itu juga airmata ku mengalir dengan deras tanpa bisa aku tahan lagi.

"Hiks... eomma, Hajoon-ah, Bogoshipo..." lirihku.

"Agashi, gwaenchanaseo?"

Aku sedikit terkejut mendengar suara itu. Dengan cepat aku usap airmata ku, lalu mencari dari mana asal suara itu. Saat menoleh ke samping kanan, ternyata di balkon sebelahku ada seorang pria yang menyembulkan kepalanya, melihatku dengan tatapan khawatir, aku segera berdiri dan berlari masuk kedalam rumah.

"Agashi... jangan takut, aku bukan orang jahat!" teriak pria itu, mendadak langkah kaki ku berhenti, dan menoleh kebelakang. Tapi, aku langsung melanjutkan langkahku menuju ruang tamu.

SO FAR AWAY ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang