[COMPLETE]
Kebencian, menjadi boomerang tersendiri dalam diri Yoongi. Seorang wanita yang sangat mencintai dirinya dengan tulus harus merelakan hidupnya demi kebahagiaan pria itu, Min Yoongi suami yang begitu ia cintai.
"Maafkan aku, Kana-ya."...
Pulau jeju, siapa yang tidak tahu dengan pulau itu? Jejudo, memang sangat terkenal dengan destinasinya yang indah bagi setiap orang yang ingin pergi untuk menenangkan suasana hati, liburan keluarga, menghabiskan waktu bersama sahabat atau pun untuk berbulan madu bagi pasangan pengantin baru. Siapa yang tidak tahu tentang keindahan alam dikota ini, setiap mata pasti akan terkagum dengan keasrian dan kecantikan yang begitu memanjakan raga. Hembusan angin dan suara ombak yang begitu nyaring tercipta dari bentangan lautan biru, pasir putih yang halus terasa nyaman menjadi alas pijakan kaki telanjang untuk berjalan disisi pantai menikmati keindahan sore hari.
Senja menyapa, hembusan angin yang tidak terlalu kencang membuat rambut panjang Kana menari kesana-kemari. Wajah indahnya begitu nikmat untuk dipandang, alisnya sangat tebal, bulu mata yang begitu lentik, hidung mancung, bibir semanis madu dan semerah cherry, begitu sempurna dan sayang bila hanya di lihat dalam sekejap. Kana menikmati kesegaran angin sore, matanya terpejam sambil tersenyum cantik, wanita itu tidak menghiraukan kesendirian-nya dipinggir pantai seorang diri.
Acara bulan madu itu sungguh terjadi atas kehendak tuan Sooga dan nyonya Hyemi. Kedua orangtua Yoongi itu benar-benar serius dengan perkataan mereka dan keduanya mempunyai harapan besar dalam perjalanan manis ini. Hadiah special—seorang cucu yang begitu diharapkan untuk menjadi penerus keluarga Min. Kana bisa apa, ia hanya menuruti saja semua scenario yang di ciptakan oleh suaminya, pergi ke pulau jeju dengan alasan memadu cinta untuk menanam benih unggul di rahimnya, namun semua itu tidaklah sesuai dengan kenyataan yang ada.
Ck! Menyedihkan sekali.
Cekrek!
Bunyi suara itu dapat Kana tangkap dirungu, tidak jauh darinya terdengar begitu jelas, itu suara jepretan camera. Kana segera membuka kedua matanya, menoleh ke arah sumber pengganggu kenikmatannya sore ini. Seorang Pria tinggi dengan postur tubuh yang begitu ideal, rambutnya yang sedikit panjang terlihat berantakan karena terpaan angin, hidungnya begitu bengir—sangat pas menjadi sanggahan kacamata hitamnya yang bertengger disana, dari ujung kepala hingga kaki begitu fashionable sekali, pun aroma maskulin dari parfum pria itu menyengat indra namun sangat menggoda dipenciuman, oh tidak ada kata selain—The Perfect Man.
Kana memandang pria itu dengan tatapan datar serta dahi yang berkerut jelas. Merasa dirinya dipandangi—pria itu sedikit merubah sudut pijakannya hingga ia dapat melihat Kana dengan jelas. Sang pria sedikit tersenyum—ah bukan tersenyum tapi menyeringai lebih tepatnya, seringaian yang begitu menggoda dan sexy. Bibirnya tak terlalu tebal dan tak juga tipis terlihat begitu menarik perhatian, seperti minta dihisap. Eh? Itu sudut pandang wanita lain, tentu tidak bagi Kana.
Ck, munafik sekali.
"Excuseme sir? Your actions impolite after taking my photo secretly!" tegur Kana, nada bicaranya terdengar begitu dingin pada pria tinggi itu.
Mendengar ucapan berupa teguran dari Kana, priaitu semakin menarik sudut bibirnya lebih tinggi. Jemari panjang itu membukakacamata hitamnya dan juga menurunkan masker yang menjadi penghalang wajah bakpangeran itu.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.