SFA 35

1K 114 10
                                    

Di sekitar taman nan luas itu ada sebuah danau yang terlihat sangat jernih, memiliki air yang sangat bening bahkan siapa pun bisa bercermin di atas permukaan air itu. Udaranya begitu sejuk—angin sepoy yang terasa nikmat menyapa kulit, tanaman bunga-bunga indah begitu asri untuk di pandang, suasana ini cocok sekali untuk berkencan dan berpiknik menikmati senja di sore hari. Duduk di atas tikar piknik dengan segala perlengkapannya seperti makanan dan minuman, camera untuk mengabadikan moment-moment bahagia dan jangan lupakan hal yang paling terpenting yaitu, pujaan hati.

Ada sepasang anak adam dan hawa disana, terlihat sangat menikmati moment romantis yang tengah mereka lakukan. Dimana sang pria terbaring nyaman dengan kepala bertumpu di atas paha sang wanita, memejamkan kedua matanya kala jemari lentik nan halus milik pujaan hati mengelus penuh kasih sayang di rambut berwarna cokelatnya—lembut sekali. Rasanya ingin tidur saja. Saat sang pria merasa mendapatkan sebuah kecupan di atas dahinya, perlahan ia pun tersenyum manis juga membuka kedua matanya. Menatap Hazel indah milik pujaan hati yang begitu ia dambakan, kini tengah menatap dirinya penuh puja.

"Saranghae..." ucap si pria begitu merdu sehingga pemilik pipi chubby itu menimbulkan semburat merah jambu disana. Antara bahagia dan tersipu kala bisikan cinta itu menyapa rungunya.

"Nado Saranghae, nae nampyeon." Balasnya seraya tersenyum manis.

Lengan pria berkulit pucat itu menarik tengkuk sang wanita, mempertemukan kedua bibir lembab mereka di susul dengan gerakan-gerakan yang luar biasa nikmat. Saling menyesap lembut material kenyal itu, saling membelit daging tidak bertulang yang kini tengah berperang di dalam rongga sana. Mencurahkan isi hati masing-masing dengan setiap gerakan yang mereka lakukan, tanpa nafsu yang menggebu.

"Eomma, Appa." Suara dari kedua anak laki-laki mereka menghentikan kegiatan romantis sepasang suami istri itu. Keduanya sedikit terkekeh kala merasa malu di saat kegiatan mereka di lihat oleh sang buah hati.

"Eomma sedang apa?" tanya seorang anak lelaki pemilik rambut ikal itu. Menatap sang ibu yang tengah membersihkan sisa saliva sang ayah yang masih membekas di sekitar bibir merahnya.

"Aigoo... Kedua jagoan Appa sudah selesai bermain rupanya, hm?" tanya pria dewasa pada kedua anak laki-lakinya yang kini sudah duduk bersama mereka di atas tikar kain itu—mengalihkan pembicaraan dari pertanyaan anaknya yang sempat mengudara beberapa detik lalu. Anak yang memiliki rambut lurus seperti ayahnya mengangguk sambil menguyah buah melon yang baru saja ibunya berikan.

"Sudah lelah, Appa." Jawabnya setelah menelan makanannya, lalu mengambil satu suapan untuk ia berikan pada kembarannya.

"Lalu dimana adik kalian, sayang?" tanya pria itu pada anak sulungnya—bocah pemilik rambut ikal.

"Dia tidak ada disini, Appa." Pria yang di panggil Appa itu cukup bingung mendengar jawaban sanga anak.

"Moon, panggil adik bungsumu. Kita akan makan bersama." Pria yang menjabat sebagai Kepala keluarga kecil itu memberi perintah pada sang anak sulung namun bukannya menuruti tapi anak tampannya malah menggelengkan kepala.

"Belum saatnya Appa, dia masih belum di izinkan untuk ke sini." Jawabnya. Semakin saja membuat pria dewasa itu bingung mendengarkan jawaban sang anak.

"Makan lebih penting dari pada bermain. Ayo cepat—"

"Saeng-il chughahamnida!"

Nyanyian selamat ulang tahun itu menyapa rungu sang pria, namun ia tidak bisa melihat dimana sosok pemilik suara. Ia sangat tahu bahwa suara itu adalah suara anaknya tapi dimana anak manisnya itu berada.

"Saeng-il chughahamnida!"

Kepalanya menoleh ke kiri dan kanan namun tetap saja tidak melihat sosok anaknya yang tengah bernyayi. Mendengar suara tawa kedua anak laki-lakinya, ia langsung mengalihkan pandangan ke depan. Menatap kedua anaknya dan juga istrinya yang sedang memakan cemilan sambil bercerita dan tertawa bersama. Ini aneh, apakah mereka tidak mendengarkan suara anak yang sedang bernyanyi itu?

SO FAR AWAY ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang