SFA 27

998 129 24
                                    


Memendam perasaan bukanlah hal yang mudah dilakukan. Butuh usaha ekstra agar kita bisa tetap kuat menjaga perasaan itu padanya dalam diam. Halangannya, tentu saja banyak dan beragam. Mulai dari dorongan dalam diri sendiri untuk segera ingin memiliki hingga dorongan dari orang terdekat yang setiap hari memanas-manasi agar kita cepat mengungkapkan perasaan itu pada sang pujaan hati. Namun biar bagaimanapun mengungkap perasaan bukanlah perkara yang mudah, itulah yang Kana rasakan saat ini.

Memendam perasaan jelas menyiksa batin bagi Kana. Meski di luar terlihat tersenyum dan tertawa bahagia, namun dalam hatinya ada perasaan tersiksa. Bagaimana tidak. Memendam perasaan dalam-dalam itu butuh kekuatan ekstra dan butuh banyak tenaga. Ingin rasanya segera mengungkapkan perasaan dan melegakan hati. Namun semua itu terhenti ketika logika mulai menampar. Berbagai pertimbangan mulai mengusik hingga Kana menggugurkan niat itu menyatakan perasaan dan memilih tersiksa dalam diam.

Saat melihatnya dekat dengan sosok yang lain, tentu saja ada rasa cemburu yang Kana rasakan, karena dia mencintai orang itu—Min Yoongi. Ibarat percikan api yang perlahan melahap segalanya, lama-kelamaan pikiran Kana di hanguskan oleh api cemburu. Sebenarnya Kana sadar siapa dan apa posisinya dalam hidup Yoongi. Kana adalah istrinya, atau bisa jadi sampai detik ini Yoongi tetap menganggap dirinya bukan siapa-siapa? Entahlah.

Walau Yoongi adalah sosok suami dalam kehidupan Kana tapi belum tentu ia sadar bagaimana perasaan Kana yang sebenarnya. Namun, ya begitulah sifat cemburu. Akan membuat siapa saja merasa sesak. Wajar saja kan jika seorang istri cemburu terhadap suaminya sendiri?

Kana terus memikirkan banyak hal. Hal utama adalah, bagaimana perasaan keluarganya—terutama sang Ibu dan adik, jika ia mengambil keputusan secara gamblang atau sepihak, tentu saja mereka akan kecewa. Kedua, bagaimana kelak nasib anak-anaknya. Melahirkan tanpa seorang suami tentu saja tidak ada yang mau. Apalagi ketika dimasa depan—ketika anak-anak itu sudah besar. Pasti mereka akan bertanya, Eomma dimana Appa? Eomma, kenapa Appa tidak pernah mau bertemu dengan kami? Eomma, Eomma dan Eomma. Pasti pertanyaan-pertanyaan yang seperti itu akan terdengar di telinganya kelak.

Ingin rasanya Kana mencurahkan semua isi hatinya kepada orang terdekat, terutama pada sang ibu—teman yang selama ini ia jadikan tempat keluh kesah, sebelum menikah dengan Yoongi. Karena pada dasarnya tidak ada manusia yang kuat menahan deritanya sendirian, mau tidak mau pasti akan bercerita kepada orang terdekat ataupun teman. Karena untuk mengungkapkan kepada orang yang bersangkutan adalah hal yang masih belum berani Kana lakukan.

Bercerita pada sahabat adalah satu-satunya pilihan, tapi sayang sekali Kana tidak memilikinya. Bercerita soal betapa ia tersiksa tapi bahagia dengan memendam rasa kepada sosok yang ia cinta. Meski memang tidak menyelesaikan perasaan, setidaknya Kana berharap dengan bercerita ia bisa melegakan pikirannya. Namun kembali Kana berfikir, pada siapa dia akan bercerita? Pada Hajoon? Jelas tidak mungkin, adiknya masih remaja pasti belum mengerti dengan apa yang ia rasakan. Pada Taehyung? Ah tidak, jangan mencari masalah pada pria tampan itu, Kana tahu betapa overprotektif sang oppa padanya, bisa-bisa masalah akan menjadi panjang. Dan akhirnya tidak ada satu tempat pun untuk dirinya melepaskan semua rasa sesak itu.

Kenapa di usiaku yang masih muda ini sudah banyak sekali hal yang menimpa. Rasanya berat, aku tidak kuat. Apakah aku pernah melakukan hal yang tidak termaafkan dimasa lalu? Hingga aku diberi hukuman yang sangat berat di kehidupan sekarang? Tuhan, ku mohon. Aku lelah.

Cinta Tidak Berarti Harus Selalu Mengalah. Benar?

Kana selalu mengalah dalam berbagai persoalan semata-mata agar pasangannya—Yoongi, bahagia? Sebenarnya ia tahu, hal itu juga tidak baik dalam suatu hubungan asmara. Alasannya, dalam mencapai hubungan asmara yang sehat dan seimbang, kedua pasangan harus saling terbuka dan mau berbagi pendapat dalam persoalan apa pun. Namun disini tentu saja tidak ada keseimbangan. Orang yang selalu mengalah atas nama cinta kerap kali merasa tertekan dan berisiko mengalami gangguan kesehatan, seperti stres dan depresi. Dan Kana sedang mengalaminya, lagi.

SO FAR AWAY ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang