SFA 07

1.4K 169 6
                                    

Suara dari rintik hujan terdengar seperti alunan melodi yang indah, tapi sangat di sayangkan karena tidak ada sinar matahari yang menyambut bumi pertiwi di pagi ini. Di dapur, seorang wanita mungil terlihat sedang sibuk berkutik dengan berbagai alat memasak ditemani oleh pelayannya. Tangannya begitu piawai saat menggunakan pisau tajam untuk mengiris berbagai macam sayuran, terlihat sudah seperti seorang ahli untuk urusan bagian dapur.

"Nyonya, walau anda masih sangat muda tapi anda pandai sekali memasak." puji wanita tua itu—pelayannya.

"Ah, tidak terlalu bibi. A-aku hanya suka saja melakukannya." jawabnya tersenyum malu, terlihat begitu menggemaskan.

"Eiih... Lihat, jemari nyonya begitu lihai membuat ini semua. Bibi saja kalah." ucapnya sambil menunjuk semua bahan makanan yang sudah terisi di dalam wadah di tempat masing-masing dengan begitu rapi.

"Umh... Mungkin karena sudah terbiasa bi." pelayan tersebut hanya tersenyum keibuan padanya, merasa gemas dengan wanita muda ini. Tapi batinnya begitu sedih melihat si cantik yang masih sangat belia harus menderita di usianya, yang mana seharusnya ia menikmati masa remaja akhir.

"Oh? Bibi, Gwaenchanasaeo?" tanya Kana saat melihat bibi Ong meneteskan airmata-nya sambil menatap ke arahnya.

"Aigoo... Ada apa denganku, memalukan sekali hahaha..." bibi Ong tawa pelan seraya menghapus airmata nya yang membasahi pipi. "Maaf nyonya, tiba-tiba saya merindukan anak saya." ujar bibi Ong tersenyum sendu. "Dia juga seumuran dengan nyonya, anak itu begitu pandai bergulat dengan alat dapur. Tapi dia itu gadis yang sangat nakal dank eras kepala." bibi Ong terkekeh sendiri mendengar ucapannya.

"Pasti dia gadis yang sangat cantik. Kalau bibi rindu, suruh saja dia kemari untuk berkunjung." ucap Kana.

"Mungkin suatu saat nanti bibi yang akan mengunjunginya, karena dia sudah berpulang ke tempat yang semestinya." ujar bibi Ong, suaranya terdengar serak.

Kana menghentikan pergerakan tangannya yang sedang mengiris paprika, terdiam sejenak mencerna kalimat yang baru saja ia dengar. Kana menatap bibi Ong dengan mata yang sudah berkaca-kaca, tentu ia sangat faham apa maksud dari kalimat tersebut.

"B-bibi, Neomu Jeosonghaeyo." ucapnya merasa bersalah, pasti bibi Ong kembali merasa sedih karena merindukan anaknya yang sudah tiada.

"Omona... Kenapa kita jadi mellow begini nyonya, sudah tidak apa, mari lanjutkan lagi masaknya." dalih bibi Ong untuk mengalihkan suasana agar tidak berlarut semakin jauh.

Kana pun melepas pisau yang ada di tangannya, lalu menggenggam kedua tangan bibi Ong. "Bibi bisa anggap aku sebagai putri, bibi. Aku akan merasa senang jika bibi mau." ujar Kana begitu tulus seraya mengelus lembut permukaan kedua tangan bibi Ong dengan ibu jarinya.

"Nyonya—"

"Kana, panggil aku dengan namaku saja, bi." ucapnya memotong ucapan bibi Ong.

"Geuleolkka?" tanya bibi Ong tersenyum lebar.

"Eung..." Kana dan bibi Ong pun tertawa bersama.

Mereka berdua kembali melanjutkan perkerjaan masing-masing. Kana menyelesaikan masakannya sedikit terburu karena mungkin sebentar lagi suaminya itu akan terbangun dan segera turun untuk memakan sarapannya. Tanpa Kana ketahui, bahwa suaminya itu—Yoongi sudah terbangun dan ia sudah berada disana, melihat dan mendengarkan apa saja yang Kana dan bibi Ong bicarakan.


***

"Dimana dia?" tanya Yoongi pada bibi Ong saat ia sudah duduk disofa ruang tamu. Pria pucat itu baru saja pulang bekerja, dan ia tidak melihat presensi istri kecilnya saat ia masuk tadi. Biasanya wanita itu akan selalu menunggu ia pulang dan menyambut kedatangannya.

SO FAR AWAY ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang