33. Maybe

17 2 0
                                    


Namanya juga hubungan. Akan selalu ada ujian dan cobaan. Yah quotes itu memang sudah tak asing lagi di setiap telinga tiap-tiap orang.


Kembali menunggu seseorang di ruang tamu untuk belajar bersama katanya. Ia akan mencoba untuk menunggunya, siapa tahu cowok itu memang akan datang dan menepati janji.

Tidak membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menunggu, ternyata Austin benar datang ke rumahnya. Sedikit senang, tapi--

Kita liat aja.

--Austin datang dari balik pintu utama, yang terbuka lebar-lebar. Sudah menunggunya sejak beberapa menit yang lalu.

"Sekarang gue datang, kan?" Si cowok memamerkan senyumnya yang lebar.

"Kalo gitu kita mulai belajarnya."

Austin mulai duduk di sana. Membuka buku pelajaran untuk saling bertukar pikiran, menghapal rumus-rumus matematika, dan menghapal tanggal-tanggal beserta tempat dalam pelajaran sejarah.

"Aku ambil minuman dulu. Pasti haus kan?" Si gadis berkata demikian dengan bangkit dari tempatnya secepat mungkin.

"Kenapa gak dari tadi, ambil minumannya." Balas Austin sesaat si gadis itu sudah melenggang pergi.

"Aku kira kan gak bakal datang lagi sama kaya kemarin." Si gadis masih menyahuti walau sudah dalam jarak yang cukup jauh di antara mereka. Lalu tak lama, ia sudah kembali dengan dua gelas orange just yang dingin di kedua tangannya.

Namun, suara deringan handphone terdengar. Terlihat Austin langsung mengangkat sambungan telponnya.

"Hallo."

"Halo Austin. Kamu lagi di mana? Aku udah di rumah kamu nih. Mau belajar bareng sama kamu, kok kamunya gak ada."

"Aku lagi di rumah Senja."

"Kamu ngapain di sana?"

"Belajar lah."

"Sekarang kamu pulang! Aku tunggu kamu di sini."

"Aku gak bisa."

"Tapi aku udah ada di rumah kamu loh ini, masa kamu gak bisa? Aku kan mau belajar sama kamu. Pokonya aku gak mau tau, kamu harus pulang sekarang! Kalo enggak, aku gak mau jadi sahabat kamu lagi, aku bakal aduin ini sama Mamah Papah kamu."

Final.

Aurell mematikan sambungannya begitu saja. Membuatnya mendecak kesal, dengan tatapan yang memandangi layar handphone.

"Aurell?" Pertanyaan Senja mampu membuat si cowok menoleh, dan mengangguk kecil.

"Aku pulang sekarang yah." Ucap Austin bangkit dari duduknya, lalu kembali mengemasi buku-buku ke dalam ransel yang di bawa.

"Tapi kamu baru aja dateng. Kita bahkan belum belajar." Ucap Senja, dengan kepala yang mendongak untuk menatap cowok itu.

"Aurell bilang kalo dia udah ada di rumah gue. Dia mau gue pulang, buat belajar bareng sama dia." Ucap Austin menjelaskan.

"Tapi kamu juga lagi belajar bareng aku di sini." Ucap Senja--dengan nada yang sedikit menuntut.

"Tapi Aurell udah ada di rumah gue--"

"Dan kamu juga udah ada di rumah aku." Senja bahkan sampai berdiri, untuk menyela ucapan Austin.

"Gue minta maaf. Gue harus pulang."

Menunggu Senja (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang