Ada kalanya katakutan memang harus di hadapi. Kita sendiri harus bisa melawannya, karena orang lain tidak bisa melakukan nya untuk kita.
Ting tong
"Siapa?"
kedua pandangan di meja makan saling bersitatap satu sama lain, mengerutkan kening masing-masing atas pertanyaan yang keluar dari bibir si cowok.
Ting tong
Suara bell tak kunjung berhenti berbunyi yang lantas membuat si gadis di sana beranjak dari kursinya dan berjalan hendak membukakan pintu.
Melihat Senja berjalan menuju pintu utama, si cowok pun akhirnya bangkit ikut berjalan untuk mengikutinya dari belakang menuju pintu.
Ceklek
"Mama?"
Alangkah terkejutnya ketika melihat wanita dewasa dengan rambut yang terurai lantas memakai blazer berwarna cream, berdiri di sana dengan senyum khasnya.
Austin menampakkan dirinya di belakang Senja, lalu kedua matanya terbuka sedikit lebih lebar ketika melihat siapa yang datang.
"Loh. Ada Austin?"
"Halo tante." Si cowok menyapa, melangkah maju dan menyalimi tangan wanita dewasa itu yang tak lain adalah mamanya si gebetan.
"Austin, kenapa bisa ada disini?" Sang mama si gadis di sana bertahta dengan kembali menoleh pada sang putrinya sendiri.
"Mending mama masuk dulu. Mama pasti cape, kan habis perjalanan?" Senja menggandeng lengan mamanya untuk melangkah masuk dari sana. Ruang tamu menjadi tempat singgah mereka untuk merebahkan tubuh masing-masing.
"Papa di mana?" Si gadis bertanya.
"Masih di luar kota, masih ada urusan, jadi Mama pulang sendiri." Kedua tangannya bertumpu pada lengan si gadis. "Mama sengaja pulang sekarang karena Mama tau kamu itu orangnya penakut. Kamu gak berani dirumah sendirian, makanya mama gak tega ninggalin kamu lama-lama." Jawabnya seperti benar.
"Kenapa gak kemarin aja kalo gitu pulangnya." Sang putri berbicara dengan nada memelan dan raut wajah yang kembali kesal.
Wanita yang lebih tua di sana tentunya hanya tersenyum saja, melempar pandangnya tuk menatap anak laki-laki yang duduk di sebrang tempatnya duduk.
"Austin ada di sini pagi-pagi, menjemput Senja?"
"Bukan tante."
"Dia semalem nginep." Si gadis menyahutnya, membuatkan dua kepala di sana menatapnya dalam diam.
"Menginap?"
"Tapi kita gak ngapa-ngapain kok Mah. Dia cuma nemenin doang. Soalnya Dania gak bisa di ajak nginep di sini dan aku gak berani di rumah sendiri."
"Iya." Satu elusan menimpa rambut di kepala putrinya dengan lembut.
Su gadis yang mendengar ucapan dari sang Mama akhirnya bernapas lega. Ia pikir nasib di marahi akan menimpa namun rupanya tidak.
"Kalian mau berangkat sekolah?"
"Iya Tante."
"Kalian udah sarapan?"
"Udah." Senja menjawab.
"Sarapan apa?"
"Nasi goreng asin tante."
Jawaban yang seperti kilatan cahaya itu menembus gendang telinga dengan cepat nan tak enak untuk di dengar. Namun apalah daya, rupanya laki-laki di sana anak yang jujur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menunggu Senja (End)
Teen FictionSeorang gadis cantik, baik, pintar, yang bernama Senja. Dia adalah sosok gadis yang agak tertutup. Tidak terlalu dekat dengan orang baru yang ia kenal. Termasuk dengan Austin. Austin? Iya. Awalnya dia adalah murid baru, sekaligus anak dari pemilik...