7. Reuni Smp (2)

25 2 0
                                    

Kunci dari semua masalah adalah bersyukur, karena jika kita selalu bersyukur dengan apa yang terjadi pada kita, kita tidak akan mengeluh dan tidak akan di jadikan beban dalam hidup.

Seperti biasa, itu adalah kuotes di pagi hari yang Senja baca dari kutipan cerita novel yang sedang ia baca. Mengesankan baginya.

Kini, semuanya tengah sibuk menyiapkan bahan dan alat untuk barbeque. Ada Syasya, Elis, dan Jihan yang sedang mengolesi mentega pada jagung. Aziz dan Yuni menusuk sosis. Meli dan Tika sedang memotong mushroom. Eva, Lala, Rani dan Dewi menyiapkan bumbu. Riko sedang menyiapkan panggangan. Dan Senja--ia sedang di perebutkan oleh kedua manusia absurd--siapa lagi jika bukan Yuda dan Roni.

"Senja, biar aa Roni aja yang bantu bawa minumannya." Ucap si cowok dengan gaya rambut ala pemain band rock, sambil mengambil nampan berisi minuman yang Senja pegang.

"Eh, biar gue aja Senja. Lo apaan si Roni. Sana lo pergi! Biar Senja sama gue." Si cowok satunya lagi dengan gaya rambut cepak mulai mendorong bahu lawannya.

"Aku punya tangan sendiri." Ucap gadis di sana penuh penekanan dan berhasil membuat keduanya diam--lalu Senja melenggangkan kakinya pergi berlalu begitu saja.

Mereka semua menikmati acaranya dan Senja, gadis itu sedang duduk di tepi kolam bersam Meli, Eva, Rani, Lala, Yuni, Syasya dan Jihan. Mereka kini sedang bercanda--mengenang kembali tentang masa-masa SMP. Sungguh sangat indah. Lalu sosok Senja di sana merasa kembali seperti dulu--menjadi seorang gadis yang ceria, tertawa bersama dengan teman-temannya.

"Kalo ingat sama kejadian dulu itu lucu banget, haha ..."

"Iya. Inget waktu si Yuda dan Nino ngejar-ngejar lo terus. Itu ngakak anjir."

Senja tersenyum masam.

"Dua minggu aku gak masuk sekolah, cuma karna takut sama mereka." Senja sangat menyayangkannya.

"Salahnya, si Nino ngejar lo udah kaya orang gila. Gak bikin takut gimana coba anak orang?"

"Tapi baiknya, sekarang Nino udah enggak ngejar lo lagi kan?"

Senja mengangguk sebagai jawaban dengan senyum simpulnya.

"Kita foto-foto yuk." Rani tiba-tiba mengajak dengan wajah antusias.

"Setuju. Ajak juga tuh yang lainnya." Tambah Yuni menyarankan.

"GUYS." Rani mulai berteriak hendak memanggil. "SINI DONG. KITA FOTO-FOTO. MALAH PADA MOJOK SENDIRI."

"IYA TUH. TADI AJA NGEDEKETIN SENJA MULU. LAH SEKARANG, MALAH BERDUAAN SAMA DEWI."

Memang, sekarang Yuda dan Dewi sedang mengobrol berdua. Ntahlah, ada sedikit yang mengganjal di hati Senja saat melihat itu. Oh ayolah, ia tidak sedang cemburu ingat itu.

Lalu, mereka semua sudah bersiap berbaris untuk mengambil foto bersama di salah satu area.

"Mana nih handphonenya? Katanya mau di foto?" Rani bertanya pada semuanya karena tak ada satupun handphone yang tersodor.

"Nih, pake hp aku aja." Senja memberikan handphonenya pada Rani.

"HEH YANG DI BELAKANG. YANG BENER BARISNYA DONG. MALAH MAIN-MAIN." Rani berteriak para cowok-cowok yang malah asyik bercanda saat tangannya sudah menerima barang yang di butuhkan. "Oke, sekarang kita gaya formal dulu ya, baru nanti kedua gayanya bebas. Oke?" Ucap Rani--memberi arahan.

Menunggu Senja (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang