Tidak ada niatan untuk menjawab karena lebih baik diam agar cepat selesai. "Kesempatan." Namun si gadis mencibirnya dengan pelan. Kedua matanya nyaris membola karna sebal.
"Terserah."
Si gadis tidak peduli. "Ayo cepet lanjut jalan!" Perintahnya. Masih berada di atas punggung milik Austin.
"Cepetan jalan!"
Kedua tangan Senja menepuk-nepuk bahu kedua bahu di sana. Namun si cowok masih diam di tempat--tidak bergerak selangkah pun.
"Beneran nih gak mau jalan? Ngambek ceritanya? Ya udah! Aku turun di sini, bisa jalan sendiri kok." Ucapnya, hendak melompat dari posisi.
"Iya iya, gue jalan." Austin tentu tidak bisa membiarkan gadisnya berjalan dengan kaki yang pincang.
Akhirnya. Perkemahan pun sudah berada di depan kedua mata. Menyaksikan orang-orang yang tengah berkumpul dan tidak ada yang menyadari atas kedatangan mereka berdua.
"Eh?? Itu Austin sama Senja."
Seseorang dari banyaknya mahluk di sana ada yang menunjuk pada mereka berdua. Akhirnya.
Semua orang langsung memusatkan penglihatan. Tak lama, sepasang kaki yang banyak itu berlarian berjalan menghampiri.
"Syukurlah kalian berdua udah balik, kalian gak papa kan?" Tanya Faisal selalu ketua OSIS yang merasa paling bertanggung jawab.
"Gimana keadaan kalian?"
"Ada yang luka gak?"
"Ketemu di mana?"
Banyak orang yang bertanya. Semua di antara mereka pasti penasaran bagaimana ceritanya.
"Kalo nanya itu satu-satu. Kasian mereka berdua baru balik biar bisa istirahat dulu." Vino akhirnya menengahi dan melerai kerumunan.
***
Bubur sudah di buatkan oleh anggota OSIS bagian kesehatan untuk mereka berdua. Austin dengan senantiasa menemani Senja untuk sarapan di jam matahari yang baru saja terbit ini. Duduk dalam posisi kaki yang setengah berpijak keluar dari tenda.
Aurell jelas tidak menyukainya. Tubuhnya hanya diam berdiri dari kejauhan. Matanya yang memandang dari jarak jauh seolah mengeluarkan percikan sesuatu akibat dari perasaan cemburunya.
"Lo kenapa berdiri di sini?"
Dania datang dengan pertanyaan so akrabnya pada Aurell. Sudah berdiri di samping untuk menemaninya bicara.
"Lo lagi liatin Austin sama Senja ya?" Dania kembali membuka suara untuk menebaknya.
"Enggak."
"Keliatan jelas loh dari mukanya." Dania ini menggoda sekali untuk mencari keributan antar sesama.
"Kamu sendiri ngapain di sini?" Aurell mengalihkan topik pembicaraan.
"Oh, lagi mau ngisi air minum. Tapi gak sengaja liat lo." Jawabnya, seraya menunjukan botol air yang di bawa.
"Ya udah, kenapa masih di sini kalo mau isi air." Ucap Aurell sedikit bernada sinis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menunggu Senja (End)
Teen FictionSeorang gadis cantik, baik, pintar, yang bernama Senja. Dia adalah sosok gadis yang agak tertutup. Tidak terlalu dekat dengan orang baru yang ia kenal. Termasuk dengan Austin. Austin? Iya. Awalnya dia adalah murid baru, sekaligus anak dari pemilik...