15. Ditembak

21 2 0
                                    

"Aca di mana mah?"

Gadis dengan balutan baju kemeja lengan pendek garis-garis perpaduan warna biru langit dan putih membuatnya nampak terlihat segar. Terlebih di padukan dengan celana jeans pendek selutut berwarna senada yang menjadikan kulitnya terlihat dua kali lipat lebih cerah dari biasanya.

"Masih di kamarnya." Sang mama menjawab dengan aktifitas kedua tangannya yang masih bergerak membenahi barang-barang yang akan di masukkan ke dalam tas jinjingnya.

Sekilas gadis di sana melihat ke arah pintu di mana kamar adiknya berada, memicingkan mata lalu kembali berkata pada sang mama.

"Senja tunggu di mobil aja ya mah." Rambut yang tercepol sedikit berantakan menyisakan dua helai rambut di masing-masing sisi kini berjalan hendak keluar lebih dulu dari sana.

Selang waktu darisana, langkah kaki yang lainnya terdengar menuruni anak tangga. Gadis yang memasuki fase remaja tengah itu berpenampilan menarik dan cantik tak ingin kalah saing dari kakaknya.

"Kamu di kamar ngapain aja, kakak kamu tadi nunggu dan sekarang udah ke mobil duluan." Tegur mamanya pada putri keduanya itu.

"Kan dandan dulu mah, biar cantik."

Putri keduanya ini sudah beranjak remaja dengan ciri khas make up yang perlahan mulai terbiasa menempel satu persatu di wajahnya. Mengalahkan sang kakak yang mungkin hanya menggunakan pelembab saja untuk bibir.

"Dasar anak baru gede."

***

Twilight Boutique.

Nama putri pertamanya menjadi inspirasi bagi butik tak terlalu besar yang berdiri di saluran satu kawasan kota yang pastinya ramai akan orang-orang berlalu. Mungkin bagi Senja butik mamanya terlalu berada di titik yang setidaknya tidak strategis karena dekat dengan jalanan besar.

Saat ia menjatuhkan untuk duduk diam di teras duduk di antara kursi-kursi cantik di sana, pemandangan kendaraan yang sedang berjalan lalu lalang langsung menghiasi mata. Di tambah dengan terik panas yang membuat udara terasa pengap. Gerah. Namun tidak ketika ia masuk kembali ke dalam bangunan berisi banyak pakaian mewah milik mamanya itu.

Kurang lebih sudah tujuh tahun Twilight Boutique ini berdiri. Menjadi salah satu usaha yang mamanya jalankan dan bekerja sama dengan adik perempuannya.

Nuansa putih lebih dominan menghiasi bangunan yang berdiri ini. Dinding jendela juga terlihat memajang memperlihatkan beberapa contoh gaun yang sudah jadi agar menarik minat orang-orang lewat.

Namun baru saja kakinya ingin melangkah masuk lebih dalam, handphonenya berbunyi cukup nyaring di dalam tas hingga sedikit terasa bergetar.  Sang pemilik lantas langsung saja mengeluarkan benda persegi canggih nya.

"Austin? Nelpon?"

Dua kata di atas membuat dirinya menarik diri dan menunda masuk lebih dalam hingga kembali memutar balik badan untuk keluar.

"Hallo."

Bibirnya mulai mengeluarkan suara untuk menyapa si penelpon di sebrang sana setelah suasana bising kendaraan kembali menyapa telinga.

"Hai. Lo sibuk gak?"

"Engga, ada apa?"

"Gue mau ngajak lo jalan nih. Mau gak?"

"Ke mana?"

***

Light Cafe.

Remaja laki-laki yang mengajaknya jalan rupanya membawa si gadis pada salah satu cafe yang cukup di minati di kalangan remaja lainnya.

Menunggu Senja (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang