42. Toilet

16 1 0
                                    

Ketika semuanya akan hancur hanya karena orang tak bertanggung jawab


"NGECAMP??"

Aurell sampai berteriak, ketika mendengar berita akan di adakannya kemping di sekolah. Kabar bagus menurutnya.

"Iya, kemping. Kita juga ke sini mau sekalian ajak kamu buat ikut. Kata Austin, kalian sering ngecamp kan dulu?" Matanya melirik si cowok yang berdiri menjulang di samping.

Austin hanya mengangguk seadanya. Sebelah tangannya di gunakan untuk menggaruk belakang kepala.

"Kamu cerita sama Senja, kalau kita suka kemping bareng berdua?" Seolah sengaja sekali agar pemilik nama sunset itu mendengarnya.

"Ya--" Austin sedikit mundur beberapa langkah ke belakang, ketika dengan tiba-tiba Aurell memeluknya sangat erat.


"Aku kira kamu lupa sama aku." Kepala Aurell mendongak, masih melingkarkan kedua tangannya pada tubuh Austin.

Kedua mata Senja terbuka sangat lebar begitu pun dengan mulutnya.

"Aku bakalan ikut ngecamp, apalagi bareng kamu. Aku mau kita kaya dulu lagi." Ucapnya, semakin mengeratkan pelukan dan memejamkan kedua matanya.

Austin sama sekali tidak membalas pelukan Aurell. Pandangannya hanya tertuju pada gadis lain di sana.

Sial.

"Kamu ikut, kan?" Aurell kembali mendongakkan kepalanya untuk bertanya.

Austin mengangguk. Lalu senyuman Aurell semakin mengembang.

"Gak mungkin gue gak ikut. Gue kan mau jagain anak orang." Jawabnya menatap wajah gadis yang tertekuk sendirian.

Senja membalas menatap Austin.

"Maksudnya anak orang? Aku atau Senja?" Aurell melepaskan pelukannya sendiri.


Aurell mendesis kasar dalam hati, namun egonya tak mau menunjukannya. Detik berikutnya ia tersenyum kembali.

"Nanti kita berangkat bareng yah ke sekolahnya." Ucap Aurell, memeluk kembali tangan Austin dari samping.

"Gue bareng Senja." Tangannya menghindar dari lengan yang melingkar lalu lebih menjaga jarak lagi.

"Ooh. Aku kira kita mau ngenang lagi--"

"Buat apa ngenang kembali masa yang udah lalu? Itu udah jadi masa lalu, dan sekarang waktunya kita menata masa depan." Balas Austin memotong ucapannya. "Ya udah kalo gitu, gue sama Senja pamit pulang."

***

Penantian pun sudah tiba. Hari ini adalah hari berangkatnya siswa-siswi yang mengikuti acara kemping sekolah. Senja sudah siap dengan pakaiannya, begitupun dengan carier berukuran sedang di punggung.

Penampilannya kini hanya memakai celana jeans hitam dengan kaos putih, yang di padukan dengan kemeja kotak-kotak berwarna hitam putih dengan rambut yang diikat satu. Ah terlihat simpel sekali.

Semua siswa-siswi masih berkumpul di halaman sekolah, mereka semua masih harus menunggu siswa-siswi yang belum datang.

Senja sebenarnya senang sekaligus gugup--ini adalah pengalaman pertamanya--dan hanya ada satu kekhawatiran dalam dirinya. Toilet.

Menunggu Senja (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang