44. Yang kurasa

17 1 0
                                    


Senja mungkin akan tertawa jika sampai namanya lah yang terpanggil. Ia akan menganggap jika bukan hanya kebetulan semata, namun juga ini seperti drama yang sudah di rencanakan.

"SENJA."

Kedua matanya terbelalak karena jelas jantung nya terkejut. Semua orang memusatkan penglihatan padanya. Ketidak inginannya jelas terkabul begitu saja.


"Buruan cepetan maju." Bisik teman sebangkunya itu--Dania--sebari menyenggol lengan kanannya.

Senja menatap pada Austin yang sedang tersenyum melambai tangan padanya. Matanya seolah mengkode untuk maju ke depan bersama dirinya.

Jantung di dalam tubuh rasanya sudah berdebar tak karuan. Si gadis jelas tidak suka menjadi pusat perhatian. Kepalanya menggeleng pelan, dan menatap Faisal--sang ketua OSIS.

"Bisa di ganti sama yang lain aja kak?" Ai gadis masih berusaha untuk stay cool, walau dalam hati sudah berontak tidak mau.

"Gak bisa. Sekarang kamu harus maju ke depan untuk permainan ini."

"Tapi saya gak bisa nyanyi kak." Ucapnya--berbohong sekali.

"Gak usah bohong gitu Senja, gue tau lo pinter nyanyi. Suara lo gak jelek-jelek amat." Dania terlalu melebih-lebihkan saat ikut menyahut. "SENJA BISA NYANYI KOK KAK, SUARANYA BAGUS." Sambungnya sangat mendukung kesengsaraan dari teman nya. Kedua  tangannya ikut mengacungkan jempol.

"SEMUANYA, BERI SAMBUTAN DAN DUKUNGAN UNTUK SENJA. AYO. SENJA, SENJA, SENJA, ... " Ucap Faisal, di ikuti semua orang yang memanggil namanya.

Terlalu berlebihan.

Semua orang malah menyoraki namanya untuk maju ke depan. Hingga ia tidak punya pilihan lagi selain menurut.

"Akhirnya, kita bisa nyanyi bareng." Austin berbisik karena merasa senang, berbeda dengan gadis yang baru saja duduk di sampingnya.

"Cie bisik-bisik."

"Couple banget."

"Kalian berdua emang cocok."

"SENJA. SEMANGAT." Dania berteriak dengan tepuk tangan yang heboh.

Senja hanya bisa tersenyum kaku pada semua orang. Rasanya begitu lemas.

"Ayo di mulai." Ucap Faisal.

Senja menoleh pada Austin, yang berada di sampingnya--sudah memangku gitar seolah sangat siap untuk mengeluarkan suaranya.

"Nyanyi apa?" Austin bertanya pada semua teman-teman nya yang menyaksikan.

"Ku cinta nanti."

"Cintaku kini."

"Lagu Shawn Mendes aja."

"Lagi sayang-sayangnya."

"Naik kereta api. Tut Tut Tut."

"Mencari cinta, Cakrakan."

"Hari esok atau nanti."

"Lebih dari egoku."

"A Millions dream?"

Menunggu Senja (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang