Tidak tahu harus bagaimana lagi menanggapi situasi yang tengah menimpanya. Sudah beberapa kali ia bertemu dengan Austin sejak hari itu. Seolah dia yang membuat semua pertemuan menjadi kebetulan.
Austin juga kerap menelponnya akhir-akhir ini, entah dapat dari mana nomornya.
"Ah Tante Tyas." Iya sungguh lupa jika Austin adalah puteranya.
Berulang kali ia harus menghindar dan bersembunyi, menolak semua telpon yang masuk darinya. Ini tidak lah mudah. Situasi terasa semakin sulit ketika besok adalah acara peresmian butiknya yang baru saja rampung.
Hari ini, ia juga akan pergi ke kantor di mana tempat Dania bekerja. Dirinya harus memberikan undangan untuk Dania dan Vino. Dengan kurang ajarnya mereka mencari alasan agar dirinya sendiri yang mengantarkan undangan. Walau ia tahu resiko besar bertemu Austin akan terjadi.
"Ah menyebalkan."
Senja melangkah masuk ke dalam gedung yang menjadi kantor tempat Dania bekerja. Tak sengaja ketika kakinya berjalan untuk menaiki lift, matanya harus melihat Austin dengan seorang perempuan. Mereka berpelukan.
"Siapa perempuannya?"
Sepertinya, Dania salah besar ketika bercerita tentang Austin yang belum kunjung punya pasangan. Sedangkan dirinya dengan jelas melihat perempuan itu melepaskan pelukannya sekarang.
"Aurell?"
Dania jelas tidak tahu sama sekali mengenai ini. Bos mereka sudah mempunyai kekasih, dan itu Aurell.
Mungkin Senja yang lupa mengenai fakta Dania dan Vino yang sudah tidak akrab lagi dengan bosnya sekarang. Jadi bagaimana mereka bisa tahu, mengenai ini, kan? Tentu saja Austin tidak akan membeberkan tentang statusnya, pada bawahan?
"Ah, drama ini memuakkan."
Sepertinya dirinya yang bodoh karena mengira Austin akan benar-benar menunggunya. Karna nyatanya, sepertinya tidak.
Dengan cepat, kakinya kembali berjalan ke arah sebaliknya--lebih baik menggunakan tangga darurat saja. Itu lebih aman, bukan, untuk hatinya?
Satu persatu anak tangga mulai terlewati. Setidaknya hanya untuk mencapai lantai dua tempat Dania dan Vino bekerja.
Tangga terakhir. Kakinya benar-benar sudah sampai di anak tangga terakhir. Tangannya membuka pintu yang menjadi penghubung antara tangga darurat, dengan lantai dua.
Pandangannya mulai mencari sosok Dania, di meja kerjanya.
Sial
Itu benar Dania bukan? Dia tengah bercanda dengan Vino.
"Yang benar saja?"
Bukannya mereka sedang sibuk dengan pekerjaan masing-masing sehingga harus dirinya lah yang menemui mereka secara khusus? Tapi mengapa terlihat asik, dan santai.
"Ah, kena tipu mereka."
Senja melangkah cepat untuk menghampiri meja Dania, yang juga terdapat Vino di sana.
"Ekhem."
Deheman yang cukup keras mampu membuat dua manusia di sana terkejut atas kehadirannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menunggu Senja (End)
Teen FictionSeorang gadis cantik, baik, pintar, yang bernama Senja. Dia adalah sosok gadis yang agak tertutup. Tidak terlalu dekat dengan orang baru yang ia kenal. Termasuk dengan Austin. Austin? Iya. Awalnya dia adalah murid baru, sekaligus anak dari pemilik...