25. Gula kapas

18 1 0
                                    

Masa lalu tidak akan pernah bisa tuk di ulang kembali. Namun masa depan,  semua orang bisa atur sebaik mungkin dari sekarang agar dapat bahagia.


Flashback on

Nampak dua gadis kecil yang berusia delapan tahun dan enam tahun, tengah bermain di halaman rumah.

"Gula kapas ... Gula kapas." Teriak bapak-bapak penjual gula kapas, di depan halaman komplek.

"Ca. Mau gula kapas gak?" Tanya sang kakak setelah melihat bapak-bapak penjual yang baru saja lewat.

"Mau. Aca mau." Jawab gadis yang lebih kecil itu, dengan binar mata antusias.

"Yaudah. Tunggu sebentar di sini, biar kakak yang beli."

Tanpa menunggu jawaban dari sang adik, sang kakak langsung saja berlari, mengejar bapak-bapak penjual gula kapas yang sudah berjalan dari sana.

"GULA KAPAS."

Gadis kecil berusia delapan tahun itu berlari, mengejar si penjual makanan manis itu dengan sesekali berteriak sampai usaha yang di lakukannya berhasil--penjual gula kapas itu berhenti dan berbalik melihatnya berlari.

"Mau gula kapasnya dek?" Tanyanya, membuat gadis kecil itu mengangguk cepat.

"Saya mau beli dua pak." Ucapnya, walau dengan napas yang masih memburu akibat berlari.

"Sebentar ya dek, biar bapak bikin dulu gula kapasnya."

Gadis itu hanya diam, memperhatikan bapak penjual yang tengah memutar-mutar sebuah kayu kecil, sebagai pegangan gula kapasnya.

"Ini dek." Ucap si penjual, memberikan dua gula kapas berwarna biru dan kuning kepadanya.

"Ini uangnya pak, makasih." Ucap si gadis kecil dengan lengan yang menyodorkan uangnya.

Gadis kecil dengan gaun bercorak strowbery itu langsung berlari pulang untuk memberikan gula kapasnya pada sang adik yang tengah menunggu.

"Ca, ini gula kapasnya."

Gadis kecil dengan gaun putih bercorak strowbery itu tersenyum, dengan memberikan gula kapas berwarna biru yang sudah meleleh, mengecil, dan hanya tersisa separuh--mungkin tersisa sedikit, sampai gagangnya pun sudah terlihat.

"Loh, kok jadi kecil?" Senja melihat kedua gula kapasnya dengan bingung. "Yang ini juga." Lanjutnya, ketika melihat gula kapas yang satunya lagi--ikut mengecil.

"Yaaaah. Tinggal sedikit gula kapasnya."

Wajah Acaa terlihat begitu sedih dengan kedua tangan yang memeluk boneka beruang putihnya.

"Biar kakak beli lagi ya, kamu tunggu di sini." Sang kakak tidak mengetahui rupanya untuk tidak membuat hati sang adik sedih, kedua kakinya kembali berlari untuk membeli gula kapasnya. Lagi.

"Untung masih ada penjualnya."

Gadis kecil itu kembali melanjutkan larinya. Menghampiri penjual gula kapas, yang tengah melayani pembeli--seorang anak kecil laki-laki.

Menunggu Senja (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang