"Toilet."
Austin terbengong di tempat, mendengar pengakuan dari Senja--agak aneh memang.
"Itu yang aja sih yang lebih ke ganggu pikiran banget. Cuma takut nanti di sana gak ada toilet. Terus kalo mau buang air kecil atau mandi, mungkin juga cuci muka. Gimana?"
Senja bertanya karena ketidaktahuannya.
"Apalagi kan kita di sana selama dua hari. Trus selama itu kita pasti pengen ke toilet, kan? Emang ada di hutan?"
Austin ingin tertawa. Namun dirinya tahan dan hanya menggelengkan kepalanya saja dengan pelan, lalu tersenyum tipis. Lengannya mencoba meraih tangan kanan Senja, dan menggenggamnya.
"Jadi itu yang lo khawatirin?"
Senja mengangguk.
"Lo tuh lucu banget."
Si gadis mengerutkan keningnya. "Lucu kenapa?" Tanyanya heran.
"Di saat yang lainnya khawatir hal yang lain, lo justru lebih hawatirin toilet?"
"Jadi, ada gak toilet di sana?" Tanya si gadis, kembali mengulangi pertanyaan awalnya.
"Tergantung."
"Tergantung apa?" Ucap Senja mengulangi katanya.
"Kadang tempat ngecamp ada toiletnya, kadang enggak. Ini kita ngecamp di mana nya dulu. Masuk ke dalam hutannya atau cuma di pinggiran aja."
"Terus kalo hutannya gak ada toilet? Nanti kita kalo mau mandi, atau buang air kecil. Di mana?" Tanyanya lagi, ingin lebih tau.
"Gak usah mandi."
"Kok gitu?"
"Toh cuma dua hari kita di sana. Gak mandi dua hari gak akan bikin cantik lo hilang, kan?" Tanya Austin--setengah menggodanya.
Senja sedikit mendecak. "Oke mungkin gak mandi gak papa. Tapi kalo mau buang air kecil, kan gak mungkin di tunda?" Tanyanya.
"Tinggal nyari tempat sepi di balik pohon." Si gadis berdecak, karna jawaban Austin yang terdengar begitu santai.
"Yang bener aja, masa iya di balik pohon? Itu sama aja kita nggak menjaga lingkungan alam dong?" Jelas si gadis keberatan sekali.
"Terus mau di mana??" Ucap Aurell--seolah mengejeknya. Tubuhnya berdiri, dan mencondongkan nya pada kursi Austin dan Senja di depannya.
"Kamu dari tadi dengerin?" Tanya Senja--menolehkan kepalanya ke belakang.
"Iyalah denger, orang aku di belakang kalian." Jawabnya sedikit bernada sengit.
"Menguping pembicaraan itu gak baik." Ucap Austin begitu saja--bermaksud menyindir.
"Tapi aku gak nguping, emang kedengaran aja." Jawab Aurell beralasan. Kedua matanya kembali menoleh pada Senja. "Gini yah. Di hutan itu gak ada yang namanya toilet, jadi jangan manja. Kalo emang gak bisa, kenapa harus ikut?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Menunggu Senja (End)
Teen FictionSeorang gadis cantik, baik, pintar, yang bernama Senja. Dia adalah sosok gadis yang agak tertutup. Tidak terlalu dekat dengan orang baru yang ia kenal. Termasuk dengan Austin. Austin? Iya. Awalnya dia adalah murid baru, sekaligus anak dari pemilik...