Austin hanya diam. Berdiri di dekat meja, melihat dari kejauhan bagaimana interaksi antara Senja, Robert, dan kedua orang tua wanita itu. Mereka nampak sangat akrab dengan Robert. Senja juga terlihat bahagia, berbeda jika sedang
dengannya."Bertemu namun tetap terasa jauh."
Sekarang bukan lagi dirinya yang menjadi satu-satunya alasan, untuk membuat perempuan itu tertawa--melainkan ada orang lain.
Ada rasa tidak suka, ketika melihat Senja bersama Robert--Ia cemburu. Ia akui itu memang benar. Tapi rasa cemburunya tidak punya hak untuk menegur ataupun melarangnya.
Austin berjalan keluar dari acara butik milik Senja ini. Tak sengaja dirinya berpapasan dengan Vino dan Dania--yang menurutnya baru datang. Mereka sama-sama melempar senyum padanya. Namun ia hanya diam dengan wajah datar dan kaki yang terus melangkah dari sana.
"Hai Senja." Dania menyapa temannya yang menjadi pemilik
acara."Hai. Kalian baru saja datang?"
"Maaaaf, sibuk soalnya. Jadi baru bisa datang sekarang." Ucap Dania, dengan raut wajah yang di buat sedih.
"Bos kalian aja bisa datang lebih awal. Tapi kenapa karyawan nya ini baru datang sekarang? Emang lebih sibuk karyawan daripada bosnya?" Ucap Senja--bermaksud menyindir.
"Cieee ... Bawa-bawa Austin." Dania justru meledeknya.
"Oh iya, tadi kita ketemu sama Austin di luar. Kayanya mau pulang." Vino ikut menambahkan.
Senja terdiam.
Austin udah pulang?
Dirinya hanya menghela napas. Sepasang matanya melihat ke semua arah untuk mencari--tapi benar, Austin tidak ada di sini--dia sudah pulang.
"Kamu tidak apa-apa?" Robert bertanya seraya datang menghampiri.
Senja hanya menggeleng pelan.
"Eh. Ini siapa?" Dania terlihat antusias ketika melihat pada arah Robert berdiri
"Robert. Teman Senja di London." Ucap Robert, memperkenalkan dirinya sendiri dengan ramah.
"Ouh, ganteng banget."
Vino yang berada di sampingnya segera menyikut lengan Dania hingga pacarnya hanya dapat mencebik kesal. Robert yang melihatnya pun, hanya terkekeh.
"Vino, pacarnya Dania." Vino ikut memperkenalkan dirinya dengan bersalaman tangan.
Robert mengangguk tersenyum menanggapi.
***
Lagi dan lagi, ia harus berada di kantornya Om Hardinata atas permintaan Tante Tyas untuk membahas mengenai kerja sama mereka.
Tangannya ingin menekan tombol lift. Namun tak sengaja seseorang dari sebelahnya ikut menekan tombol pada saat yang sama. Hingga akhirnya membuat mereka saling menoleh satu sama lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menunggu Senja (End)
Teen FictionSeorang gadis cantik, baik, pintar, yang bernama Senja. Dia adalah sosok gadis yang agak tertutup. Tidak terlalu dekat dengan orang baru yang ia kenal. Termasuk dengan Austin. Austin? Iya. Awalnya dia adalah murid baru, sekaligus anak dari pemilik...