Seseorang tidak pernah tau apa yang akan terjadi ke depannya, mereka hanya tau tentang menunggu kapan sesuatu itu terjadi.
"Halo Senja."
Kepalanya tertoleh ke samping tuk melihat seorang siswi yang melontarkan sapaan padanya.
"Hai kak Senja."
Lagi. Kepala itu menoleh pada sisi lain, melihat seorang adik kelas perempuan yang ikut menyapanya. Senyum kaku ia tunjukkan untuk membalas sapaan mereka. Kedua kakinya masih terus melangkah di koridor bersama Austin.
"Ada apa sama semua orang? Keliatan aneh." Ucap si gadis setelah menoleh pada cowok di sampingnya.
"Biarin aja."
***
"Gue lapar banget sumpah." Itu Dania, dengan ekspresi yang di buat-buat dengan memegangi perutnya. Kedua kakinya masih melangkah menuruni anak tangga.
"Berapa hari gak makan emang?" Senja meledeknya.
"Kalo gue bilang satu tahun, lo percaya gak?"
"Percaya percaya aja--"
"Hallo cewek."
Langkah kedua gadis itu terhenti di anak tangga terakhir. Sekumpulan murid laki-laki berkumpul di sana, dengan pakaian seragam yang bisa di bilang sedikit berantakan.
"Hallo hallo hallo. Minggir sana! Kalian ganggu jalan kita." Dania memarahinya dengan kedua tangan yang berkacak pinggang dan wajah yang garang.
"Galak amat. Beda sama yang di sebelah." Ucap salah satu dari mereka dengan memakai sebelah anting di telinga kirinya.
Senja dan Dania memilih mengabaikannya lalu pergi.
***
"Mejanya penuh."
Dania hanya bisa menghela napasnya. Kedua tangannya masih setia berkacak pinggang, dengan kedua mata yang masih menelusuri area kantin.
"Stand makanan juga banyak yang antri." Ucapnya lagi dengan wajah yang tertekuk lesu.
"Kak Senja."
Senja maupun Dania, menolehkan kepalanya pada meja yang tidak terlalu jauh di tempat mereka berdiri. Ada tiga anak perempuan yang bisa di tebak adik kelas mereka di lihat dari bagaimana cara mereka berpenampilan dan memanggil namanya dengan embel kak di depan.
"Duduk di sini aja kak. Kita juga udah selesai makannya kok." Ucap salah satunya, menepuk meja mereka sebelum akhirnya berdiri dari duduknya.
"Duduk di sana aja." Dania menyarankan hingga langkah kaki mereka menghampiri meja yang di tawarkan oleh si adik kelas.
Ketiga adik kelas itu masih berdiri berjajar di dekat mejanya. Sebelum Senja dan Dania mendudukkan diri, salah satu dari mereka ada yang mengangkat suara dengan sangat tidak di duga.
"Mau sekalian kita pesenin makannya, kak?" Tanyanya, menawarkan dengan sangat baik.
Sepasang teman sebangku itu saling melirik satu sama lain, dan kembali menatap tiga adik kelasnya.
"Gak usah."
"Boleh. Kalo kalian emang nawarin."
Keduanya justru mengucapkan kalimat yang berbeda. Dania terlampau memanfaatkan situasi bagi mereka.
"Ini uangnya." Sambung Dania dengan memberikan uang kepada adik kelas untuk membelikan mereka makanan.
"Di tunggu ya kak." Ucap dari mereka membuat Dania dan Senja mendudukkan diri di kursi kantin dengan ekspresi wajah yang berbeda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menunggu Senja (End)
Genç KurguSeorang gadis cantik, baik, pintar, yang bernama Senja. Dia adalah sosok gadis yang agak tertutup. Tidak terlalu dekat dengan orang baru yang ia kenal. Termasuk dengan Austin. Austin? Iya. Awalnya dia adalah murid baru, sekaligus anak dari pemilik...