49. Promise

17 2 2
                                    

Janji itu seperti harapan yang harus di tepati. Jika tidak, mungkin pergi dan tak kembali.


Decakan kagum menjadi suara pertama di antara keduanya. Setelah melihat pemandangan yang luar biasa, berada di depan mata mereka.

Di atas bukit tinggi, dengan angin yang berhembus sedikit kencang--menerpa tubuh yang terasa sedang terbang. Di suguhi pemandangan yang menakjubkan. Langit yang sekarang berwarna orange ke merah-merahan, atau yang sering di sebut dengan Senja--Sunsat.


"Liat biasa."

Si gadis merasa sangat tenang, melihat bagaimana matahari yang sedang terbenam secara perlahan di ujung sana.  Tenggelam tertutup bumi.

"Lo suka?" Tanya si cowok yang berdiri tepat di sampingnya.

"Gak ada yang aku suka selain lihat pemandangan cantik kaya gini." Jawabnya, tanpa meninggalkan penglihatannya dari langit sana.

"Senja. Sama indahnya kaya orang yang persis berdiri di samping gue." Ucapan itu terdengar merayu sekali.

"Ouuhh. Jadi ini yang katanya, clue nya,  itu aku?" Si gadis baru memahami dengan memandang balik. "Kita ngeliat senja di atas bukit senja?"

Austin mengangguk  dengan senyum tipisnya yang manis. Dirinya menghadapkan seluruh tubuh pada Senja. Menggenggam kedua tangannya.

"Selalu berada di samping gue yah." Ucapnya terdengar serius, namun gadis di sana hanya bisa tersenyum.

"Si usahain."

Austin tertawa.

Sangat indah

"Aku seneng hari ini. Bisa liat matahari yang bakal tenggelam, sama kamu. Cuma kita aja." Ucap si gadis berbicara.

"Apalagi gue." Si cowo langsung menyahut. "Bukan cuma buat hari ini aja sih, tapi gue mau seterusnya." Ucapnya menambahkan.

"Romantis." Si gadis hanya menggumam kecil. Kedua matanya menyorot tepat pada tatapan mata di depan. "Rasanya tuh, tenang banget gitu. Apalagi di temenin sama kamu, kaya ada romantis-romantisnya dikit." Sambungnya, sedikit membuat keduanya tertawa kecil.


"In here, all about senja."

Senja hanya terkekeh, menanggapi ucapan yang baru saja keluar dari mulut Austin.

"Lo tau gak?"

"Apa?"

"Gue gak suka sama sunset. Tapi gue suka sama senja." Ucapnya menatap dengan dalam. Terbuai akan suasana harmonis mereka.

"Kenapa? Sunset sama senja, kan sama." Ucap si gadis bertanya.

Si cowok menggeleng. "Karena sunset itu cuma buat sementara. Tapi gue mau, lo senja buat selamanya ada sama gue." Jawabnya terdengar puitis sekali.

"Aku janji bakal berusaha selalu ada dan selalu di samping kamu." Ucap si gadis, seraya sudut bibir yang perlahan terangkat.

"Promise?" Tanya Austin dengan mengangkat jari kelingkingnya.

Menunggu Senja (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang