Ada kalanya kita harus berpikir positif, agar tidak terjadi kesalahpahaman di antara sesama.
"Mau nyobain punya gue, gak?"
"Eh?"
"Mau gak? Enak loh ini." Ucap Austin
"Enggak mau. Panjang gitu."
"Tapi enak."
Si gadis menggeleng.
"Gigit dikit aja."
"Gak mau. Itu besar banget."
"Dikit aja, gue suapin kok."
"Gak mau."
BRAAKK
Suara pintu yang terbuka dengan keras, membuat sepasang remaja yang berada di dalam satu ruangan terlonjak kaget.
"KALIAN ITU APA-APAAN SIH. NGOMONGIN YANG MESUM-MESUM DI SINI?! GUE BENER-BENER GAK NYANGKA LO JADI KAYA GINI SENJA YA AMPUN TEMEN GUE YANG POLOS INI." Ucap Dania, dengan nada yang hampir sangat nyaring menyakitkan telinga.
"DAN LO AUSTIN!" Ucapnya kembaki dan tangan yang menunjuk pada remaja laki-laki di sana, dengan tatapan yang tajam. "LO BUAT SENJA JADI KAYA GITU. MAKSUD KALIAN ITU APA?! MAU NGELAKUIN PERBUATAN MESUM DI SINI?!" Bentaknya membuat cowok yang di marahi menatap linglung.
"Ada apa ini ribut-ribut?" Vino datang dengan langkah kaki yang tergesa, membuntuti sang kekasih yang sedang berkoar marah saat ini.
"Tuh." Dania menunjuk Austin dengan jari telunjuknya. "Temen kamu, Austin, mau ngelakuin hal mesum sama temen aku." Ucapnya mengadu pada Vino, dengan nada yang mendayu.
"Mesum?"
Austin dan Senja mengulang kalimat secara bersamaan. Pandangan keduanya bertemu, dengan kening yang berkerut--bingung.
"Iya. Maksud kalian apa tadi. Kalian pikir gue gak ada? Gue daritadi dengerin apa yang kalian bicaraain." Ucap Dania dengan kedua lengan yang berkacak pinggang.
"Emang kita ngomongin apa?" Tanya Austin.
"Perasaan kita gak ngomong yang aneh-aneh." Tambah Senja, lalu satu cowok yang duduk di samping brankar nya.
"Gak aneh kalian bilang?" Tanya Dania mulai kembali merasa kesal dan menatap pada Austin. "Terus tadi apa? Tadi lo ngomong sama Senja mau nyobain punya gue gak? Enak loh. Gigit dikit aja. Gue suapin ya." Ucapnya, menirukan apa yang ia dengar tadi.
"Dan lo Senja."
kali ini, Dania menatap teman sebangkunya itu dengan penuh dramatis.
"Tadi lo jawab. Gak mau, panjang gitu. Itu besar banget." Sambungnya, kembali menirukan kalimat yang ia dengar.
"Iya." Senja menyahuynya, melirik pada kedua cowok di sana. "Emang itu kegedean, dan gue gak suka. Terus apa masalahnya?" Tanyanya dengan membuka kedua tangan.
"Lo bilang, apa masalahnya?" Dania semakin merasa kesal dengan kalimat dari Senja. "Maksud lo kegedean itu apa? Kepanjangan itu apa?" Tanyanya begitu gemas seolah air matanya juga akan keluar bersamaan dengan wajahnya yang kian memerah.
Hening.
"Dania kamu itu ngomong apa sih dari tadi. Aku gak ngerti, beneran deh." Ucap Senja mulai ikut merasakan kekesalan pada teman sebangkunya itu yang berbicara ntah ke mana arahnya.
"Gue daritadi di sini, nyerocos, ngomong sama kalian dan gak ada yang ngerti satupun?" Tanya Dania dengan tatapan yang tak percaya, lalu mulut yang terbuka jatuh ke bawah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menunggu Senja (End)
Teen FictionSeorang gadis cantik, baik, pintar, yang bernama Senja. Dia adalah sosok gadis yang agak tertutup. Tidak terlalu dekat dengan orang baru yang ia kenal. Termasuk dengan Austin. Austin? Iya. Awalnya dia adalah murid baru, sekaligus anak dari pemilik...