40. PENGUMUMAN!!!

20 2 0
                                    

Semua orang selalu menginginkan kebahagiaan dalam hidupnya masing-masing. Begitu pun dengan seorang gadis yang sedang duduk seorang diri. Melamun di antara keramaian orang-orang


"PENGUMUMAN SEMUANYA!!!"

Semua orang dengan serempak, memusatkan matanya ke depan, di mana Farrell--ketua kelas, dan juga wakil ketua kelas berdiri di sana.

"OKE, MAKASIH ATAS PERHATIANNYA. GUE BARU AJA SELESAI RAPAT DI AULA SAMA WAKIL KETUA KELAS. DAN ISI DARI RAPAT TERSEBUT GUE MAU UMUMKAN SEKARANG. JADI HARAP KALIAN DENGARKAN DENGAN SEKSAMA. OKE?!"

Farrell membuka selembar kertas, yang sempat ia gunakan untuk mencatat saat rapat di aula tadi.

"ISI DARI RAPAT TERSEBUT ADALAH ... SATU, NANTI JAM SATU SIANG KITA BAKAL DI BAGI RAPORT HASIL UJIAN KENAIKAN KELAS KITA."

Murid-murid di kelas hanya memperhatikan dengan acuh tak acuh. Karena sebagian, lebih tertarik pada handphone mereka masing-masing.

"KEDUA, DI HARAPKAN JANGAN DULU PULANG KARNA NANTI JAM SATU DI BAGI RAPORT!"

Hah?

"KETIGA--"

"Ya iya lah dodol. Kita gak bakal pulang dulu, kan di bagi rapot! Gimana sih? Sebarkan pengumuman yang masuk akal dong."

Farrell terdiam di sana.

"Tanpa di kasih tahu kita juga tau, kita gak bakal pulang."

Farrell masih terdiam, berpikir di tempat. Lalu kedua bahunya terangkat, bersamaan dengan anggukan. "Bener juga sih." Ucapnya, menyetujui kritikan dari teman-teman kelasnya.

"OKE. YA UDAH KALO GITU, YANG KEDUA TADI KITA GUGURIN AJA!" Ucap farell--meralatnya.

"KEDUA, KITA LIBUR SELAMA DUA MINGGU. JADI, SETELAH DUA MINGGU SELESAI, KITA DI HARAPKAN KEMBALI SEKOLAH SEPERTI BIASANYA!"

"Ya ialah kita bakal balik sekolah lagi, kan udah beres masa liburnya."

"Gak usah di kasih tau juga kita udah tau."

Farell menarik napasnya sabar. Berulang kali, teman kelasnya selalu menyahuti setiap pengumuman yang berusaha ia sampaikan

"Dari tadi perasaan gue salah mulu. Bisa gak sih kalian gak usah kritik terus pengumuman gue?!" Ucap Farrell--merasa jengkel.

"Kita kan cuma ME NE RAP KAN ilmu pelajaran Indonesia, sama Seni budaya--yang di mana kita sebagai pengritik, atau memberitahu tentang kesalahan yang harus di perbaiki. Lebih tepatnya kita itu berposisi sebagai KOMENTATOR!" Jawab siswa laki-laki di kelas--begitu bijak.

"Pintar-pintar sekali anak muridku." Balas Farrell--mendramatis.

"Jelas dong. Sebelas IPS A." Jawab salah satu murid lainnya.

Farrell hanya mengangkat kedua jempolnya, dan berkata. "Mantap."

Sedikit ada kekehan dan tawa kecil dari murid-murid di kelas, yang menyaksikannya saja.

"Baiklah, apa bisa saya lanjutkan lagi?" Tanya Farrell, meminta izin teman-teman kelasnya.

Semua orang serempak mengangguk. Mungkin terkecuali satu hadis di bangku paling pinggir dengan tembok.

Menunggu Senja (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang