Tak terasa waktu cepatlah berlalu. Waktu untuk ujian kenaikan kelas sudah di depan mata. Banyak arti dalam cerita kali ini. Mereka semua akan segera lulus di masa pendidikan SMA. Melanjutkan kembali perjalanan pada jenjang yang lebih tinggi lagi--perkuliahan.
"Lagi belajar buat besok kak?" Sang Papa menghampiri dan duduk tepat di sofa sampingnya. Memperhatikan.
"Iya Pah."
Si gadis kembali pada pelajaran yang sedang di pelajari nya. Butuh pengorbanan waktu agar ia bisa mendapatkan juara di antara beberapa teman kelasnya.
"Udah hari ke berapa ujiannya sekarang?" Orang tua di sana masih bertanya lagi mengenai kegiatan sekolah dari putrinya.
"Besok hari ke lima ujian Pah." Terus di liriknya buku paket yang menjadi pegangan, di tambah referensi buku lain dari perpustakaan.
"Ini kopinya Pah."
Perempuan baya dengan dress rumahan berjalan dengan secangkir kopi yang sudah di letakkan di atas meja. Ikut bergabung dengan duduk di sofa, kemudian matanya melirik suaminya. Terlihat Papa hanya mengangguk samar.
"Kak."
Suara panggilan dari sang Mama membuat si gadis menoleh untuk sekilas, sebelum kembali melihat sejenak pada buku yang tengah di bacanya.
"Apa Mah?"
Kedua orang tuanya saling berpandangan untuk sesaat. Kembali menatap putri pertama mereka.
"Ada yang mau kami sampaikan."
Si gadis beralih untuk bangkit dan mendudukkan tubuh di atas sofa, ikut menghadap kedua obrolan nya terdengar akan serius.
Kedua orang dewasa di sana saling melirik untuk ke dua kalinya. Beberapa saat kemudian pun itu membuat kebingungan sejenak pada putrinya, terlihat ketika mengernyitkan dahi dan melirik mereka secara bergantian.
"Jadi begini."
Sosok Papanya lebih dulu mengambil secangkir kopi di atas meja untuk ia seduh, sebelum akhirnya kembali menyambung kalimat.
"Papa di pindah tugaskan untuk ke luar negri, oleh pimpinan di kantor. Papa rencananya akan mengurus cabang yang ada di London--"
Wait.
Si gadis benar-benar terkejut, sudah merasakan hal yang tidak enak pada pendengarannya sendiri.
"Papa di haruskan pindah ke London untuk mengurus cabang kantor yang ada di sana."
"Cuma papa doang?" Si gadis bertanya dengan perasaan yang bimbang. Antara bingung harus menanggapinya bagaimana. Kedua alisnya ikut tertaut menyatu.
Papanya menggelengkan kepala. Kembali menyeduh kopi yang masih terpegang oleh tangan.
"Dari kantor sudah di siapkan tiket dan berbagai kebutuhan untuk hidup di sana bagi keluarga kita." Cangkir bening beserta piring kecil di bawahnya pun kembali pada atas meja. "Bukan cuma Papa, tapi kalian juga akan ikut di pindahan ke sana. Kita akan mulai tinggal di London." Jelasnya penuh pengertian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menunggu Senja (End)
JugendliteraturSeorang gadis cantik, baik, pintar, yang bernama Senja. Dia adalah sosok gadis yang agak tertutup. Tidak terlalu dekat dengan orang baru yang ia kenal. Termasuk dengan Austin. Austin? Iya. Awalnya dia adalah murid baru, sekaligus anak dari pemilik...