54. Menunggu Senja

22 2 0
                                    

Hanya ada satu cara agar bisa pergi dengan tenang--Melupakannya.


Kedua kaki itu berjalan, melangkah keluar dari kamar dengan menggeret koper di tangan kirinya. Tekadnya sudah benar-benar bulat sekarang. Ia sudah tahu langkah apa yang di ambilnya kali ini. Si gadis terus berjalan, menuruni anak tangga.


"Mah."

Suara panggilan dari putrinya membuat kedua orang tua di sana berhenti bicara untuk memutuskan penglihatan.

"Sa--sayang, kamu mau ke mana?" Mamanya bertanya karena terkejut. Kakinya berjalan menghampiri.

Sedangkan sang Papa hanya dapat mematung di tempat.

Senja tersenyum sekilas lalu menarik napasnya untuk menatap sang Mama. "Ayo kita berangkat ke London sekarang." Ucapnya begitu yakin.


Kedua orang tua di sana tentu terserang panik karena putrinya sudah mengetahui.

"Tapi--tapi ini hari Graduation kamu kan?" Ucap Mamanya dengan mata yang memerah. "Kamu harusnya ada di sana sekarang bersama semua teman-teman kamu untuk menghadiri acara kelulusan." Tekannya semakin mendatangkan rasa gundah pada perasaan si gadis


Senja hanya tersenyum getir menatap Mamanya dengan mencoba menahan mati-matian agar matanya tidak mengeluarkan air.

"Itu gak penting Mah." Ucapnya memegang lengan Mamanya sedikit erat. "Sekarang yang lebih penting urusan Papa. Kita harus mencoba mengerti posisi Papa, Mah."

"Tapi bagaimana dengan posisi kamu sayang? Ini adalah hari bahagia, hari kelulusan kamu." Ucap Mamanya kembali mengingatkan.

"Senja gak papa kok Mah." Ucapnya, mencoba meyakinkan.

Pria dewasa di sana langsung berjalan, mendekati putri remajanya dan berakhir memeluknya.

"Maafkan Papa. Papa harus mengorbankan kebahagian kakak di sini. Harusnya kakak sekarang berada di acara Graduation sekolah. Maafkan Papa ya."

Si gadis hanya mencoba tersenyum dan mengelus punggung ayahnya agar ia merasa sedikit tenang.

"Papa harusnya tidak mengajak kalian pergi sekarang. Tapi situasi yang mengharuskan kita untuk seperti itu." Sambungnya masih berkata.

Senja melepaskan pelukan dan mencoba memberi senyuman semangat pada kedua orang tuanya. Tentu untuk dirinya sendiri juga.

"Senja gak mau jadi anak egois Pah. Senja juga harus memikirkan posisi Papa saat ini. Senja gak keberatan kok, kalo emang kita harus pergi ke London sekarang." Ucapnya, mencoba tidak menangis.

"Papa benar-benar minta maaf." Ucap Papanya, merasa sangat bersalah. "Justru sekarang Papa lah yang sudah menjadi orang yang egois harus membawa kalian pindah dari sini karena pekerjaan Papa."


Senja menggeleng.

"Papa gak salah di sini. Ini udah tugas Papa yang mengharuskan kita pindah dan kami sebagai bagian dari keluarga Papa, harus bisa mengerti. Iya kan, Mah?"

Menunggu Senja (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang