❗ Blooming Day ❗

12.7K 690 4
                                    

- Jung Jaemin -

- Jung Jaemin -

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

- Lee Jeno -

- Lee Jeno -

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

●●●

Suara deru motor yang saling berkejar-kejaran memenuhi arena balapan di kota Jakarta. Para penonton bersorak-sorai di sepanjang jalan, menunjukkan dukungan mereka kepada jagoannya masing-masing.

Jaemin termangu di dekat garis start, yang juga akan digunakan sebagai garis finish. Ia tak habis pikir. Sepupunya mengajaknya untuk nonton, dan yang ada di pikirannya adalah bioskop, kursi empuk berwarna merah, popcorn ukuran jumbo, dan latte. Tapi, ia malah dibawa ke arena balapan!

Ia suka menonton MotoGP di rumah bersama sang ayah. Ia juga akan senang hati jika diajak pergi untuk melihat balapannya langsung. Tapi, bukan balapan liar juga! Ia takut jika saja ada polisi yang datang dan menangkap mereka. Jika hal itu terjadi, pasti akan merepotkan dirinya.

Sebandel-bandelnya Jaemin, ia masih memiliki otak untuk tidak bertingkah dan bertindak secara reckless. Kunjungan ke kantor polisi, secara sengaja maupun tidak, sangat amat ia hindari. Trauma masa kecilnya kepada kantor polisi masih terngiang-ngiang hingga kini. Padahal, dulu itu ia hanya dijahili oleh sepupu-sepupunya. Tau-taunya, malah kebawa sampai sekarang.

Jaemin menggigit bibirnya pelan. Ia celingak-celinguk untuk mencari sang oknum yang membawanya ke tempat seperti itu. Tidak ada satu wajahpun yang ia kenal, dan padatnya orang yang berada di sana membuatnya sedikit pening.

Jaemin ingin nangis saja rasanya. Ia ingin pulang. Netflix-nya sudah menunggu di rumah.

Jaemin tersontak kaget ketika para penonton berteriak heboh. Ia meringsut mundur, takut dirinya terjebak di dalam kerumunan orang-orang itu. Jika berada di situasi yang berbeda, situasi sehari-hari yang santai dan nyaman, nyalinya pasti sebesar jagad raya.

Jaemin menoleh ke kanan, ke tempat orang-orang itu pergi berkumpul. Ia melihat seorang pengendara di antara orang-orang tersebut; terduduk manis di atas motornya yang masih menyala. Jaemin juga melihat bandana kotak-kotak hitam putih mengelilingi bisep kiri pengendara itu.

Ah, dia pemenangnya. Batin Jaemin.

Pandangannya sedikit buram karena langit malam yang sedang tidak disinari bulan. Matanya juga sedikit menyipit kala lampu motor pengendara itu mengenai retinanya. Jaemin lantas menghalau cahaya tersebut dengan lengannya, dan kembali menurunkannya ketika cahaya tersebut sudah tidak mengenai wajahnya lagi.

Jaemin kembali melihat ke kanan dan kiri, depan dan belakang. Ia benar-benar ingin pulang, namun tumpangannya entah berada di mana. Mau mengeluarkan ponsel pun rasanya enggan. Sekelilingnya sangat ramai. Ia tidak mau kecopetan.

Pipi Jaemin menggembung pelan. Ia melirik ke kanan, melihat pembalap itu yang masih betah duduk di atas motornya. Ia bahkan tidak mau ambil pusing untuk melepaskan helm serba hitam fullface-nya.

Mata Jaemin turun, dan berhenti di dada pembalap itu. Di bawah langit malam yang gelap, ia samar-samar melihat simbol alpha berwarna silver yang cukup besar di bagian dada dari jaket hitam yang dipakai pembalap itu.

"Jaket dari brand apa itu? Apa itu custom?" Gumam Jaemin. Jaket itu terlihat biasa saja, namun Jaemin suka dan menganggapnya berkelas dan elegan. Ia ingin punya satu juga.

"JUNG JAEMIN! BODOH! SUDAH KUBILANG JANGAN PERGI DARI PARKIRAN!"

Jaemin terlonjak kaget. Ia berbalik dan memukuli orang yang sudah dicarinya dari tadi.

"Kamu mau ninggalin aku ya?!" Tuduh Jaemin penuh kekesalan.

"Kamu yang ke mana aja?! Kan udah aku bilang jangan jauh-jauh!"

Eh? Mana ada ia mendengar perintah seperti itu.

"Omong-omong, kamu mengenalnya?" Jaemin berbalik sambil menunjuk ke arah pembalap yang ia lihatin tadi. "Eh?! Dia ke mana?!"

"Siapa?"

Kening Jaemin berkerut. "Ah lupakan! Antar aku pulang!"

"Kamu gak mau makan dulu?"

Jaemin menggeleng dengan tegas. "Ibuk pasti nyariin aku. Haduh. Pasti bakalan direpeti karena gak pamit. Kamu sih! Katanya mau nonton! Kok malah bawa aku ke sini sih?!"

Orang itu hanya menyengir kuda, tidak merasa bersalah sama sekali pada sepupunya itu. "Ayo aku antar. Ntar di jalan, aku beliin gulali deh!"

Jaemin mendelik. "Siapa yang suka gulali?! Kamu mau buat aku diabetes makan manis-manis gitu?!"

Bahu Jaemin di rangkul dan ia diseret ke parkiran motor yang tidak terlalu jauh. "Berisik deh. Mau gak?"

"Aku mau mobilmu aja, boleh?"











blooming day ●

Blooming Days || NOMIN ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang