================================
Jangan mengetuk jika tidak ingin masuk. Jangan masuk jika tidak ingin menetap.
==========
Bagian 18
:::::::::::::::::Sudah seminggu lamanya setelah kejadian antara aku dan Haru, kemudian berakhir di sebuah warung lesehan bersama Arisen. Sejak hari itu, hubungan kami sedikit membalik, rasa sedikit kurang nyaman karena kehadirannya yang menarik perhatian para tetangga pun ikut berkurang. Aku kembali biasa saja, bahkan sangat tidak masalah jika mereka membicarakan aku dan Haru sudah berakhir. Itu memang kenyataan.
Pagi ini aku telah disibukkan dengan pesanan gaun. Windi sendiri ikut sibuk membersihkan sisa-sisa benang di sisi baju yang akan diambil beberapa jam lagi. Aku dibuat pusing sendiri karena costumer-nya meminta pengambilan gaun secara mendadak. Janji awal yang katanya 3 minggu harus manju 3 hari dari yang sudah di sepakati.
Meski kesal dan juga keteteran, aku tetap harus menyelesaikannya. Tidak hanya sekali dua kali sebenarnya aku mendapatkan pelanggan tidak tahu diri seperti ini, ash, kurang sopan menyebutnya begitu, tapi aku harus menyebutnya apa?
"Mbak, payetnya kurang yang sebelah sini," kata Windi benar-benar membuat Melinda yang menangani gaun itu segera meneliti.
Aku masih disibukan dengan gaun yang satunya karena dia memang memesan dua gaun. Gaun yang kutangani lebih simple, namun masih banyak yang harus dikerjakan. Seperti pita yang dililit dari bahu kiri kemudian melingkar di pinggang yang belum dipasang, resleting belakang yang juga belum dipasang, dan finishing jahit di bagian bawah.
"Sebel banget tiap ada pelanggan yang begini, rasanya pengen aku kasih tahu gitu video gimana keteterannya kita karena keegoisan mereka!" kecam Windi dengan wajah sangarnya.
Aku dan Melinda tertawa kecil mendengarnya. Dia memang seperti itu orangnya, sering menggerutu, galak, tapi sebenarnya sangat baik dan perhatian juga lucu. Cukup menghibur karena saat ini kami sedang dalam situasi panik dan kecaman tersebut membuat kami merasa sedikit lega.
"Ya gimana, ini risiko pekerjaan. Kalau mau enak mah kita jadi costumer aja, Win."
"Tapi, Mel, gedek aja gitu ... mereka pikir ini makanan yang gampang dibikin apa?!"
"Udah, ih," kataku melerai meski tawaku ikut berderai.
Melinda cekikikan karena aku menegur Windi. "Tuh, dengerin, Win!"
.....
Akhirnya, setelah 4 jam berkutat dengan dua gaun meresahkan tadi, kami selesai. Kedua gaun itu sudah tergantung cantik tinggal menunggu pemiliknya datang beberapa menit lagi.
Aku, Windi, dan Melinda duduk sebentar karena kewalahan dengan dua gaun tadi. Di depan kami ada 3 bungkus camilan dan 3 gelas minuman dingin yang baru saja diantar oleh mas ojol.
"Semoga suka, ya, dia, Mbak. Kalau enggak, aku plenyek dia biar jadi ayam penyet!" ancam Windi, lagi-lagi nadanya sinis penuh ancaman.
"Harus, aku bantu, Win, nanti kita plenyek dia bareng!" sahut Melinda tidak mau kalah. Mulutnya memakan satu lumpia yang ada dengan rakus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heartbreak Effect [Selesai]
Teen FictionBuku kedua dari Hey Mantan! (disarankan baca dulu buku pertamanya, tapi enggak juga nggak papa sih.) ⚠️ Follow dulu sebelum baca, ya! ......... Ini kisahku, tentang Nadya yang sudah berhasil berdiri selama tujuh tahun lamanya tanpa sosok Arisen di...