H[b]E 32

1.1K 105 0
                                    

================================

Aku bukannya tuli, tapi hanya tidak ingin mendengar kenyataan.

============

Bagian 32
:::::::::::::::::

Aneh, pertanyaan pertama yang terlintas dalam otakku adalah ... kenapa mereka bisa berangkat bersama? Kenapa Sirena kenal Tania dan yang lainnya? Lalu ... apa maksud mereka mengajakku dan juga mengundang Arisen bersama ... mantannya? Eh, aku juga mantan Arisen.

"Lama lo," ucap Tania dengan kekehan kecil.

Sirena tampak mendekat dan tersenyum miring menatapku. Eh, hanya perasaanku saja, mungkin.

"Sorry, di jalan lumayan macet. Lagian Arisen juga telat jemput."

Oh, beneran berangkat bersama.

"Lo juga ngapain minta jemput? Gue udah bilang kalau gue telat bentar."

Oh, jadi Sirena yang maksa.

"Ya tapi lo mau juga, 'kan?"

Iyalah, mana pernah Arisen bisa noleh kata "tolong" dari seseorang? Dia bahkan lebih merelakan pacarnya terlantar daripada rasa tidak enak kepada temannya.

Arisen tampak melirikku sebentar, segera saja aku membalikan badan, tidak lagi menatap mereka.

"Sejalan," jawab Arisen.

Kemudian, kursi sebelah yang membatasi aku dengan em... siapa namanya tadi, aku lupa. Pokoknya kursi itu bergeser seolah ada yang menduduki.

Wangi parfum memasuki lubang hidungku dengan begitu lancang. Wangi yang sebenarnya bisa saja membuatku langsung memeluknya. Sialan, kamu mikir apa, Nadya?

"Ikut juga?" tanya Arisen membuatku mendongak, menatap matanya.

Kepalaku mengangguk tanpa mulut terbuka.

Kembali lagi aku terfokus menatap ke depan, tepat pada Sirena yang duduk di hadapan Arisen. Rasanya, dia menatapku dengan tatapan tajam sarat akan benci.

"Yuk, mulai pesen aja," ajak Tania.

Kami pun mulai memesan paket makanan untuk beramai-ramai. Ada bermacam-macam hidangan yang mereka pesan dan yang paling membuatku terkejut adalah adanya alkohol di sana.

Bukannya aku tidak pernah melihat orang mabuk, minum, atau semacamnya. Hanya saja, aku tidak menduga mereka akan 'berpesta' dengan minuman itu.

"Nggak usah ikut-ikutan kalau nggak pernah," bisik Arisen pelan seolah tahu tentang pikiranku.

Iya, masa mereka minum aku hanya melihat? Kalau dibilang cupu bagaimana? Kalau dikira sok alim bagaimana? Tapi ... nyatanya aku tidak akan pernah menyentuh alkohol, tidak akan mau.

Mereka mulai menyantap makanan yang ada. Aku mengambil sushi yang memang berada paling dekat denganku.

"Mau pesan yang lain, nggak?"

Pertanyaan itu berhasil menyita perhatian semuanya. Mereka kini menatap kami seolah aneh jika Arisen bertanya seperti itu. Apalagi wajah Maya, Mahen, dan Sirena yang sangat jelas terlihat terkejut.

"Tumben lo tanya sama cewek begitu, dulu sama Sirena nggak–"

"Apa sih, Hen?" potong Arisen cepat.

Aku menatap mereka. Dari pengamatan beberapa menit, aku bisa menyimpulkan bahwa mereka sering berkumpul.

"Sering kumpul, ya? Sampe hapal gitu sama Arisen?!" tanyaku berusaha biasa saja, bahkan masih dengan tawa renyah.

Heartbreak Effect [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang