H[b]E 33

1.1K 105 6
                                    

================================

Cinta itu mengenal batas, tapi kenapa cintaku padamu tidak terbatas?

===========

Bagian 33
:::::::::::::::::

Sudah empat hari berlalu setelah kejadian itu. Sebenarnya, ada hal baik karena kejadian itu menyadarkanku tentang rasa yang pernah ada, eh, bukan, melainkan rasa itu masih ada. Kuakui bahwa aku masih menyimpan rasa itu untuk Arisen, tapi aku tidak menyangka rasanya sedalam ini.

Tujuh tahun ditinggalkan tanpa kabar yang jelas padahal dia bilang ingin berjuang, harusnya itu sudah cukup menjadi alasan aku menghapus rasa padanya. Ditambah fakta bahwa nyatanya Arisen mampu menghubungi temannya, sedangkan tidak padaku. Jelas, harusnya benci dan kecewa itu sangat besar, bukan?

Bodohnya, aku masih memiliki rasa padanya. Bodohnya, setelah berhasil menjadi Nadya yang tenang dan sangat-sangat kuat selama tujuh tahun, aku kini kembali menjadi Nadya yang dulu. Nadya yang lagi-lagi mengulanginya.

"Kita baikan?" Itu tanyanya saat aku menyodorkan es Boba.

Aku hanya diam menatapnya yang tersenyum lebar. Tidak tahu karena apa hingga aku setuju dengan ajakannya untuk jalan.

"Nad, boleh kasih aku-"

"Biarin yang dulu tanpa dibahas lagi, Sen," potongku cepat membuatnya terdiam.

Napas ini terpaksa kubuang meski belum cukup aku menghirup udara. "Diungkit cuma bakal nambah luka. Didiemin tetep terbayang. Dilupain enggak bisa. Itu adalah masa lalu, Sen. Pahamkan?"

"Maaf," gumamnya.

Aku benci mendengar nada bersalah miliknya. Demi kura-kura yang jalannya lama, aku lebih suka Arisen marah-marah dan bilang semuanya salah daripada Arisen yang pasrah dan merasa bersalah.

Kusedot Boba tea yang aku beli, menatap jalanan yang mulai lenggang karena hari yang mulai malam. "Nad, aku mau secepatnya ketemu mama papa kamu, boleh?"

Kepalaku jelas langsung berputar secepat mungkin menatap wajah Arisen dengan raut yang aku yakin sangat mengerikan. Apalagi leherku sampai merasa nyeri.

"Nggak boleh?"

Aku menggelengkan kepala.

"Padahal aku beneran takut, Nad. Gimana kalau Haru balik? Terus Revan, dia juga jadi sering titipin anaknya ke kamu."

"Sen, masih belum sadar-" Tidak boleh mengingatnya, Nadya. Jangan bahas masalah tentang dia yang hilang jika tidak ingin kembali terluka. Toh, dia sudah menjelaskan meski ... penjelasannya kurang memuaskan.

"Aku sadar kok," lirihnya. "Makanya aku mau buktiin dengan ketemu orang tua kamu, aku lamar kamu biar kamu yakin sama aku. Aku bakalan buktiin itu, Nad. Aku nggak main-main."

Memalingkan wajah dan lebih memilih menatap jalanan adalah pilihanku. Bukti keseriusan dengan mendatangi orang tuaku? Bertunangan dan merencanakan pernikahan adalah bukti dia serius dan hanya akan bersamaku? Benarkan? Apa aku bisa mempercayai dirinya, sedangkan semua itu sudah ada orang lain yang membuktikan dan ... dan akhirnya hanya kebohongan yang ada.

Heartbreak Effect [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang