================================
Sudah kukatakan, masa lalu yang menyakitkan jangan dibahas lagi dan seperti apa pun keadaannya, aku ingin tidak peduli.
==========
Bagian 35
:::::::::::::::::Pepohonan Pinus menyambut menyejukkan mata. Letaknya yang ditanam sejajar dan membentuk seperti hutan membuat suasana asri nan sejuk di mata. Meski, malam hari begini justru terlihat seram dan sedikit membuatku merinding.
Arisen bersenandung kecil mengikuti alunan musik dari radio, sedangkan aku memilih menatap gelapnya malam diantara pohon-pohon Pinus.
"Diem aja, nggak suka?" tanyanya membuatku tersenyum dan menggelengkan kepala.
"Bukan nggak suka, bingung aja mau ngomong apa."
Arisen mengangguk. "Tadi baju rancangannya bagus."
"Kan tadi udah bilang."
"Oiya." Dia menyengir lebar. "Tapi, aku ngerasa kamu sama Sirena ada apa-apa. Dia nggak ngomong aneh-aneh, 'kan?"
Sepenuhnya menghadap dirinya, menatap wajah Arisen yang tampak begitu enak dipandang. "Ngomong aneh-aneh kaya gimana?"
"Ya ... kaya cerita masa lalu?" ucapnya ragu-ragu.
Tawaku pecah seketika. "Hahaha, itu bukan keanehan kali, Sen!"
Alisnya menyatu dengan pandangan bingung menatapku. "Nad, biasanya cewek cemburu loh sama mantan pacarnya."
"Kamu bukan pacar aku kali," jawabku sambil tertawa.
Bukannya tersinggung, Arisen justru mengangguk antusias. "Iya bukan, sih. Calon suami, 'kan?"
Lagi-lagi tawaku pecah. Dia seunik itu, meski tidak kuberi kepastian, namun rasa percaya dirinya begitu tinggi.
Mobil pun berhenti di sebuah cafe bernuasan modern. Cafe itu penuh dengan sekumpulan muda-mudi yang asik menikmati malam bersama. Refleks aku menatap Arisen, dia sudah duduk menghadapku dan seat belt-nya juga sudah dilepas. "Nggak papa kalau kesini, 'kan?"
"Kenapa?" tanyaku bodoh.
"Mau ngulangin masa pacaran, lagi pula kita belum tua, jadi ... nggak papa kalau pacaran di tempat anak muda gini."
"Kalau mau tua, tua aja sendiri, Sen!" ucapku sambil tertawa. Lalu aku memilih melepas seat belt dan segera keluar dari mobil Arisen.
:::::::::::
Interior cafe yang dominan warna putih dan kuning lampu membuat mata ini berbinar. Warna hijau dan warna-warni tumbuhan plastik menambah kesan modern khas anak muda jaman sekarang. Ah, aku memang masih muda kok.
"Suka nggak?" tanya Arisen mengalihkan atensiku.
Kuanggukan kepala seiring dengan dua sudut bibir yang tertarik ke atas. Aku jelas menyukai tempat ini, aesthetic.
"Tumben tahu tempat begini, Sen."
Dia menyengir lebar, jemarinya menyusup mengisi sela-sela jariku. Digenggamnya terasa hangat dan pas, jauh lebih nyaman dibandingkan di dalam genggaman Haru. Rasanya sempurna, tidak ada yang kurang jika bersamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heartbreak Effect [Selesai]
Dla nastolatkówBuku kedua dari Hey Mantan! (disarankan baca dulu buku pertamanya, tapi enggak juga nggak papa sih.) ⚠️ Follow dulu sebelum baca, ya! ......... Ini kisahku, tentang Nadya yang sudah berhasil berdiri selama tujuh tahun lamanya tanpa sosok Arisen di...