================================
Aku punya ragamu, tapi tidak hatimu. Ah, miris sekali, bukan?
===========
Bagian 8
:::::::::::::::Tergesa menuju parkiran kantor, aku benar-benar bersyukur telah selesai makan siang bersama Arisen dan juga Haru. Makan siang paling menegangkan karena ada Arisen di sana.
Bekal yang aku bawa akhirnya kumakan bersama Haru dan Arisen memakan bekal yang Anya bawa. Katanya, sih, Anya sering memasak sendiri dan membawakannya untuk Haru.
Em, tapi terserahlah. Mungkin Anya memang tidak memiliki kerjaan, beda denganku yang sibuk.
"Makanannya rada asin," kata Arisen dengan begitu santai.
Jelas perkataannya mengundang Haru untuk segera mencicipinya. Wajah Haru seketika menegang, mungkin karena tidak terima masakan Anya dikatakan asin atau malah malu karena benar-benar asin.
"I-iya," jawab Haru sedikit canggung. "Anya memang suka sesuatu yang asinnya berlebih sama seperti ... aku."
Tentunya pandanganku dan Arisen bertemu saat itu juga. Wajahnya meneliti, takut kalau aku sakit hati sepertinya. Namun, kuberikan senyum lebar kepadanya agar dia tidak lagi memandangku dan tidak menimbulkan sesuatu yang buruk dengan Haru.
"Kalau gitu makan punya saya saja, Pak," kataku sok formal, padahal dalam hati ingin sekali aku menyuruhnya pergi.
Haru menahan kotak nasi yang akan aku berikan untuk Arisen. "Biar makan punyaku aja, Yang, itu buat kamu. Kamu nggak suka yang asin banget, 'kan?"
Senyum lebar merekah di bibirku. Ah, selamat. Aku tidak perlu memakan masakan Anya.
"Wah, terima kasih, Pak Haru. Saya jadi tidak enak."
Mulutku refleks mencebik bersamaan dengan bola mataku yang memutar malas. Arisen sangat pandai sekali mencari muka.
"Tidak apa-apa, saya justru minta maaf karena membuat makan siang Anda sedikit terganggu."
::::::::
"Nad!"
Tubuhku refleks menegang karena cekalan tangan Arisen. Sumpah, dia terlalu berani mendekatiku di depan kantor Haru!
"Pilihan menu kamu enak, makasih!" katanya tersenyum lebar. Wajahnya benar-benar menyebalkan, polos tanpa merasa berdosa sedikit pun.
"Lepas, Sen. Ini masih di depan kantor Haru. Lagi pula lo belum ada jadwal buat jadi selingkuhan gue!"
Bukannya melepas, Arisen justru menyentak tanganku dengan keras. Membuat tubuhku tertarik ke belakang dan menubruk dadanya. Keras namun tidak begitu sakit.
Kepalaku mendongak, mata kaki bertemu dan memandang cukup lama. Dia sangat memesona, matanya bening dan begitu berbinar menatap diriku.
"Kenapa? Kita mulai sekarang aja. Emang nunggu apa, sih, Nad?"
Cepat-cepat aku mendorong tubuhnya. Akalku kembali dan langsung tersadar jika posisi kami bisa saja dilihat oleh karyawan di sini.
"Pokoknya tunggu info gue, Sen!" kesalku dan meninggalkannya.
:::::::
Aku akan mengembalikan kamu.
Tidak jelas dan sangat membosankan. Itulah pesan yang Arisen kirimkan setelah aku memasuki mobil. Kutatap lagi dia yang masih berdiri di tempat aku meninggalkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heartbreak Effect [Selesai]
Fiksi RemajaBuku kedua dari Hey Mantan! (disarankan baca dulu buku pertamanya, tapi enggak juga nggak papa sih.) ⚠️ Follow dulu sebelum baca, ya! ......... Ini kisahku, tentang Nadya yang sudah berhasil berdiri selama tujuh tahun lamanya tanpa sosok Arisen di...