H[b]E 20

1.1K 102 5
                                    

================================

Disaat aku mengharapkan, kamu tidak pernah hadir. Namun, mengapa kini kamu harus kembali?

==============

Bagian 20
:::::::::::::::::

Aku menatap Mama dan Papa dengan perasaan canggung dan sedikit tidak enak. Saat ini, aku bersama mereka sedang duduk di ruang keluarga. Arisen sendiri sudah pulang dua puluh menit lalu, sepertinya dia sadar kalau tidak tepat berlama-lama di sini.

Nyaliku menciut dengan bulu di tangan dan kaki yang naik, rasanya menakutkan. Pandangan mata Mama menusuk penuh tanya menatapku.

"Jawab Mama, kamu balikan sama Arisen?"

Aku tidak tahu kenapa Mama menanyakan ini ketika Arisen sudah pergi. Bukankah lebih efisien kalau bertanya ini kepada aku dan Arisen? Eh, tapi tidak baik juga. Sudah memang benar kalau Mama bertanya kepadaku saja. Akhir-akhir ini Arisen suka ngaco menjawab pertanyaan orang tentang kami.

"Enggak, Ma," jawabku lembut agar Mama percaya.

"Mama kira kamu selingkuh sama Arisen. Mama takut, kamu itukan bucin banget sama si Arisen!"

Mana ada aku selingkuh, Ma! Itu noh, Haru yang selingkuh! Mana dia bucin banget sama si Anya.

Ih, lagi pula kenapa sih Mama kok ngomongin bucin? Siapa juga yang ajarin? Oh atau, Mama kebanyakan nonton sinetron?! Astaga, aku harus memperingatkan Papa agar menjaga Mama dari tontonan yang tidak mendidik itu!

"Terus kenapa dia ke sini?!"

Aku memutar otak segera agar menemukan jawaban yang pas tanpa menyinggung soal Haru.

"Arisen... sama Nadya cuma ... temen."

"Heleh, pasti bohong!"

Mataku terbelalak dengan perasaan panik. "Mama apaan, sih? Nadya beneran!"

"Mana bisa mantan pacar temenan."

Napasku berembus kasar. "Mama beneran kebanyakan nonton sinetron deh."

"Kenapa ngomong gitu?" tanya Mama sinis dan tidak terima.

"Ya abis dari tadi ngomongnya kaya gitu." Aku menatap Papa. "Pa, jagain Mama kalau nonton tv, ya? Jangan biarin Mama nonton hal nggak bermutu."

Mama memicingkan mata. "Kamu pikir Mama ini anak SD?!"

Aku dan Papa tertawa renyah bersama.

:::::::

"Bokap nyokap lo beneran dateng?" tanya Nayla.

Aku mengangguk lemah sambil mengaduk-aduk minumanku dengan mood yang buruk. Aku merelakan waktu makan siang untuk datang ke rumah sakit tempat Nayla bekerja, aku butuh teman cerita.

"Kenapa nggak jujur aja? Toh mereka nggak akan marahin lo."

"Gue juga tahu, Nay," ucapku padanya. "Tapi, masalahnya itu bokap sama nyokap pasti bakalan datengin Haru."

Heartbreak Effect [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang