H[b]E 15

1.1K 119 1
                                    

=================================

Meski nyonya rumah memakai daster, dia tetaplah nyonyanya. Sedangkan pembantu, mau dia pakai berlian di sekujur tubuhnya, tetap saja status dirinya adalah pembantu.

==============

Bagian 15
:::::::::::::::::

Kupandang wajah Anya yang tersenyum remeh kepadaku. Tangan putih dan panjangnya yang mulus tanpa bulu mengibas begitu tidak sopan. Sombong dan angkuh. Seperti inikah tipe perempuan yang Haru suka?

"Selamat datang," kataku dengan senyum masam. "Butik kecil yang Anda bilang barusan adalah butik saya. Mungkin memang kecil karena omzet penjualan perbulannya hanya sekitar puluhan juta."

Oh, astaga, cocokkah aku menjadi antagonis sekarang? Pandai juga otakku mengatakan omzetnya puluhanan juta perbulan. Padahal kalau sedang sepi, mau puluhan juta saja sedikit susah.

"Woah, berapa? Dua puluh juta? Murah sekali," ejeknya membuatku sedikit geram.

Tanganku mengepal erat menahan emosi yang ingin meledak. Lagi-lagi aku tersenyum paksa menatap Anya. "Memang apa urusan Anda dengan omzet saya? Oh, mau berbanding penghasilan?" tanyaku.

Lihatlah raut wajahnya yang berubah drastis. Terlihat seperti gugup dan salah tingkah. Oh, jangan-jangan dugaanku benar. Anya seorang pengangguran?!

"Tidak!" katanya ngegas. "Aku ingin membeli gaun. Haru yang menyuruhku membeli di sini karena katanya jahitanmu bagus. Meski aku tidak yakin, sih."

Dengan senang aku berbalik, sedikit pincang berjalan menuntunnya menuju koleksiku yang mahal. Biar mampus Haru membayar baju ini.

"Di sini baju-baju terbaik kami. Bunda Jingga biasanya beli yang memang harga istimewa. Jadi, apa Anda tertarik?"

Kulihat Anya mulai memutari butik. Wajahnya yang meremeh mendadak berubah menjadi berbinar. Tangannya sibuk mengelus satu baju ke baju yang lain. "Berapa harganya?"

"Karena Anda baru pertama kemari, harga spesial kami berikan untuk Anda," jawabku dengan senyum ramah. Tentu saja ramah, karena aku akan menaikan harga baju ini menjadi dua kali lipat.

Ah ... terima kasih Haru sayang karena membiarkan Anya datang kemari. Uangmu akan abis masuk ke saldoku sebagai balasan.

"Aku mau yang ini," katanya dengan begitu angkuh.

Tawaku meledak saat melihat pilihannya. Itu jelas model terbiasa yang ada di ruangan ini. Ash, ternyata selera Anya begitu rendah.

"Kenapa tertawa?" tanyanya begitu galak.

Seketika aku meredakan tawa. "Tidak, saya hanya ingin bilang kalau ini gaun termahal."

"Okey, aku beli ini!" Dia benar-benar angkuh dan sombong.

"Kalau begitu, bisa dicoba dulu di sana."

:::::

"Mbak, itu siapa? Sombong dan sok banget!"

Windi menghampiriku dengan raut geram dan benci. Aku jelas tertawa pelan kepadanya. "Penggantiku."

Wajahnya seketika terkejut. "Pacar pak Haru?!"

Heartbreak Effect [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang