================================
Aku tidak ingin membaca ulang sebuah buku. Namun, aku akan membaca ulang novel online yang dibukukan.
============
Bagian 12
:::::::::::::::::Aku terduduk lesu dengan rambut yang sudah acak-acakan. Demi apapun, sejak sampai di ruangan hingga membuka beberapa laporan, aku hanya bisa mendengus dan menjambak rambut karena tawaran yang Arisen ajukan.
Aku tidak bisa menjawabnya tadi, sehingga aku hanya memberikan senyum kikuk kemudian beranjak pergi. Ash, entah apa yang Arisen pikirkan tentang jawabanku tadi. Semoga dia tidak salah paham karena senyumku.
"Nad!"
Mendongak dengan lemas dan sedikit malas, menatap Nayla yang berpakaian santai. Tumben sekali, biasanya Nayla akan sibuk di rumah sakit pada jam-jam begini.
"Astaga, lo kenapa jadi kaya gembel begitu?!" tanyanya panik dan langsung duduk di kursi yang berhadapan dengan mejaku.
Aku berdecak pelan, kemudian kembali menelungkupkan kepala di lipatan tangan. "Arisen ngajuin permohonan!" kataku dengan sedikit menjerit. Jeritan frustrasi lebih tepatnya.
"Terus kenapa? Lo terima aja buat gantiin Haru."
Enteng sekali mulut Nadya berbicara seperti itu. Memang dia pikir bersama Haru kemarin itu hanya bermain sehingga dengan mudah kembali bersama Arisen?
Arisen memiliki banyak kesalahan. Arisen tidak memilihku dulu. Arisen menolakku mentah-mentah seolah aku gadis tidak tahu diri. Lalu datang Haru yang menawarkan bahagia, namun nyatanya justru mendua. Jadi, tidak akan semudah itu aku menerima Arisen kembali.
"Gila, mending gue dimarahin mama sama papa."
"Kenapa lagi, sih? Apa yang bikin lo ragu sama Arisen, Nad?"
Kepalaku mendongak, mataku menatap Nayla dengan tajam. "Masalahnya gue belum bisa maafin Haru, gue nggak bisa ngulang lagi kesalahan yang sama!"
"Maksudnya, lo terpengaruh sama kata-kata yang ibaratin balikan itu sama membaca buku yang sama? Lo mau bilang kalau endingnya bakalan sama?"
"Bukan! Maksud gue, dulu waktu sama Haru gue belum bisa sepenuhnya lupa Arisen, dan dia juga belum sepenuhnya lupa Anya."
Nayla mengangguk seolah mengerti. Aku pun sedikit lega menatapnya.
"Kalau gitu jangan terima dulu Arisen."
::::::
Ponselku berdering beberapa kali, nama Bunda Haru tertera di sana sudah sejak dua puluh menit lalu. Sengaja aku tidak menjawabnya, bahkan untuk sekadar menolak pun aku tidak sanggup. Entah apa yang akan Bunda Jingga katakan, yang jelas aku takut salah berbicara.
Aku tidak tahu Haru sudah jujur atau belum tentang kami yang sudah berakhir. Aku juga tidak tahu apakah Haru sudah memberitahu keluarganya jika dia akan menjaga Anya. Aku takut, jika nanti Bunda Jingga justru mengajakku bertemu. Entah itu untuk membicarakan batalnya rencana pernikahan kami, atau untuk merencanakannya.
"Bahkan setelah aku bebas dari kamu, masih saja ada yang berhasil menggangguku."
Bunda telepon kamu?
Mataku terpaku pada pesan Haru yang baru saja masuk.
Bunda belum tahu. Aku tidak berani memberitahunya tentang kita.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heartbreak Effect [Selesai]
Teen FictionBuku kedua dari Hey Mantan! (disarankan baca dulu buku pertamanya, tapi enggak juga nggak papa sih.) ⚠️ Follow dulu sebelum baca, ya! ......... Ini kisahku, tentang Nadya yang sudah berhasil berdiri selama tujuh tahun lamanya tanpa sosok Arisen di...