===============================
Pernah percaya namun kecewa sebelum akhirnya sering merasa curiga.
==========
Bagian 38
:::::::::::::::::Arisen mengajakku ke rumah mamanya. Dia membuatku gugup setengah hidup karena memberitahukan ini semua secara mendadak. Setelah masalah telepon dari wanita yang mengaku Anya, Arisen menyeretku ke salah satu jajaran pakaian dan memintaku memakainya.
Tentunya aku menggerutu tidak terima, namun Arisen dengan seenak udel bilang kalau semua akan dia bayar.
"Santai aja, dress itu nanti aku bayar kok."
Jadilah, aku kini duduk tidak nyaman di samping Arisen. Bukan karena bau pakaian baru karena setiap bahan yang kami gunakan sudah dipastikan bersih dan siap pakai, hanya saja aku tidak nyaman menggunakan pakaian yang harusnya bukan untukku.
"Kamu cantik, Nad. Jangan grogi."
Dengusan kukeluarkan untuk menjawab kalimatnya."Kenapa sih?" tanyanya.
Aku kesal sendiri, kulirik sekilas Arisen yang fokus berkendara. "Kenapa nggak anterin aku pulang aja? Baju aku yang lebih layak dan pas buat ketemu mama kamu itu banyak. Ih, sebel banget!"
"Hey, apa salahnya sih? Ini namanya meringkas waktu, udah gitu kamu jadi punya baju baru. Lagian aku bayar kok, jadi butik kamu nggak rugi dong?"
"Tapi ini namanya pemborosan uang!"
"Halah, uang masuk juga ke kantong kamu, Nad, bukan ke orang lain."
Sudahlah, aku capek sendiri debat sama Arisen.
:::::::
"Loh Nadya?" Mama Arisen menyambut kami dengan gembira. Senyumnya membuatku lega karena merasa diterima.
Aku dan Arisen menyalami mamanya. Dipeluknya tubuhku sebentar sebelum akhirnya saling bertukar sapa. "Lama banget kamu nggak ke sini. Tante tanyain ke Arisen, dia diem aja nggak jawab. Ih, tahu kalian masih sama-sama Tante nggak akan ragu nolak jodoh-jodohan itu!"
Ah, aku mengerti tentang jodoh-jodohan itu, pasti perjodohan Arisen dengan Anya yang gagal.
"Masuk-masuk, Tante masak banyak buat sambut kamu!"
Aku dan Arisen pun mengikuti mamanya untuk masuk ke dalam rumah. Rumah yang sudah hampir 8 tahun tidak ku kunjungi, rumah yang sudah sangat-sangat berbeda semenjak kali terakhir aku ke sini. Mataku menangkap bingkai foto keluarga begitu memasuki ruang tamu rumahnya.
"Ini si om sama adik Arisen ada urusan, jadi nggak apa-apa kalau cuma bertiga, 'kan?" tanya Mama Arisen membuatku mengangguk saja.
::::::::
"Bukan Anya itu," kata Arisen begitu dia duduk di sebelahku. Memang saat ini aku sedang sibuk kembali mengamati nomor ponsel milik perempuan tadi. Dari suaranya memang seperti Anya, namun cara berbicara mereka berbeda. Ah, yang paling membuatku ragu adalah pengakuan jujur atas namanya.
Rasanya, kalau Anya yang melakukan semua ini, dia tidak mungkin mengaku dengan nama aslinya, bukan? Apalagi, perempuan itu terlihat tertekan saat Arisen dan aku bertemu dengannya tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heartbreak Effect [Selesai]
Teen FictionBuku kedua dari Hey Mantan! (disarankan baca dulu buku pertamanya, tapi enggak juga nggak papa sih.) ⚠️ Follow dulu sebelum baca, ya! ......... Ini kisahku, tentang Nadya yang sudah berhasil berdiri selama tujuh tahun lamanya tanpa sosok Arisen di...