H[b]e 34

1.1K 100 0
                                    

==============================

Katakan jika memang kamu menyukainya. Aku tidak akan marah, apalagi melarang. Aku justru akan mengajakmu berjuang, jika dia memilihmu ... ambilah karena itu tandanya dia tercipta bukan untukku.

=========

Bagian 34
:::::::::::::::::

Hari ini tepat menjadi hari dimana baju rancangan butikku akan dipamerkan dan dipakai oleh seorang Sirena. Aku, Windi, dan Tasya sudah siap di belakang panggung menunggu Sirena yang belum tiba.

"Seneng banget, baju hasil kita dipakai Sirena beneran!" pekik Tasya membuatku tersenyum tipis.

"Bener! Acara bergengsi juga ini, Sya. Astaga, aku nggak sabar nonton!" ucap Windi tak kalah heboh dari Tasya.

Beberapa menit kemudian, Sirena tiba dengan seorang manager dan asistennya. Dia terlihat anggun dan cantik dengan make up natural miliknya.

"Akhirnya, yuk duduk, kita harus dandanin kamu cepet!" ucap seorang penata rias di sana.

Mereka mulai bekerja dengan tugas masing-masing, sedangkan aku, Windi, dan Tasya kembali mengecek gaun yang akan Sirena pakai.

:::::::::

Sirena mulai berdiri setelah make up-nya selesai. Rambutnya masih tergerai natural karena dia harus mengganti baju terlebih dahulu.

Aku mulai berdiri, mempersilahkan dirinya untuk masuk ke ruang ganti dan kutemani. Tugasku adalah memakainya gaun hingga sesuai dengan yang direncanakan.

"Akhirnya bisa ngobrol berdua sama kamu," katanya begitu tenang namun auranya terlihat seram. Wajahnya telah berubah, dari make up natural kini berganti dengan make up yang lebih tajam dan lebih menonjolkan kecantikannya.

Menaikkan resleting bagian belakang dan mulai merapikan detail-detail manja di sekitar bajunya adalah hal yang kulakukan daripada harus menjawab kalimatnya. Bukan karena aku marah, hanya saja aku harus profesional mengerjakan ini tanpa harus membawa masalah pribadi.

"Jadi, bener kamu cewek yang berhasil bikin Arisen nggak bisa move on?"

Meski aku mendongak menatapnya yang menunduk karena aku sedang merapikan bagian bawah gaunnya, aku tetap enggan menjawab.

"Kamu nggak bisa balas apa pun, kenapa dia suka? Aneh, padahal kamu sosok yang nggak peduli dan seperti sedikit bodoh karena memilih diam."

Aku berdiri, menyejajarkan tubuh dengannya. Pantulan tubuhku dan tubuh Sirena terlihat kontras, apalagi dia yang jauh lebih tinggi dariku. Matanya menatap mataku melalui cermin. "Jangan terima Arisen, dia hanya terjebak rasa hutang pernah bilang mau berjuang," ucapnya lagi.

Tersenyum tipis dan balas menatapnya kulakukan sekalem mungkin. "Aku belum menjawab apa pun tentang dia atau kepada dia. Kalau kamu mau mencoba lagi mendekat, boleh kok, Mbak."

Wajahnya menunjukkan keterkejutan, namun hanya beberapa detik karena setelahnya Sirena tersenyum sinis kepadaku. "Kamu beneran nggak cinta dia. Aku jauh lebih cinta daripada kamu, Nad. Kenapa dia buta?"

"Bukan," jawabku kalem. "Bukan dia buta tentang siapa yang lebih cinta kok, Mbak. Tapi, dia tahu dimana yang bisa menjadi rumah dan dimana yang hanya dijadikan tempat singgah."

Heartbreak Effect [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang