================================
Aku tidak akan pernah mengulang masa lalu. Namun, aku akan bersedia jika kita memperbaiki kesalahan kecil dulu.
=============
Bagian 36
:::::::::::::::::"Sen, boleh aku ngomong sesuatu?"
Arisen menatapku, matanya jelas memancarkan beribu makna. Antara takut, terkejut, khawatir, penasaran, dan entahlah apa lagi yang dia rasakan.
"Ngomong ... apa?"
Aku tertawa pelan, ku usap ujung mataku sebentar sebelum akhirnya kembali menatap wajah dengan serius.
"Kamu dan aku pernah punya kisah yang jauh dari kata menyenangkan. Menurut aku, kita nggak mungkin bisa kembali."
Arisen terdiam menyimak. Aku pun ikut diam, menunggu respons yang akan dia berikan.
Dia meraih tanganku, menariknya pelan dan mengusapkan ibu jarinya ke punggung tanganku. Matanya meredup dan menatapku lembut. "Aku ngerti kalau kita nggak mungkin kembali. Aku sadar gimana dulu dan gimana nggak pantesnya aku yang dulu buat kamu."
"Tapi, Nad. Aku ngaku kok kalau semua ini salahku. Aku juga ngaku salah karena ngajak kamu balikan setelah apa yang aku lakukan. Jadi, Nadya ... mari kita ulang semuanya dari awal. Bukan kembali atau memperbaiki, tapi benar-benar menerima kita yang sekarang tanpa memandang ke belakang."
Dia mengeluarkan kotak beludru merah dan meletakkannya di depanku. Dengan susah payah dia membuka kotak itu. Aneh, padahal dia bisa membukanya dengan mudah menggunakan dua tangan, tapi Arisen seperti enggan melepas tangannya dari tanganku.
"Jadi, maukah kamu memulai semuanya dari awal?"
Demi indahnya malam ini, aku ingin tertawa mendengar kalimat ajakannya. Rasanya aneh melihat Arisen yang romantis dan berkata sok puitis begini. Namun, karena tidak ingin merusak suasana, aku memilih menganggukkan kepala.
"Mau."
Setelah itu, dia memakaikan cincin itu di jariku. Cincin emas dengan mata yang cukup besar dan terlihat begitu indah.
Menerimanya untuk memulai semua dari awal adalah keputusanku. Setelah apa yang dia lakukan, setelah apa yang aku rasakan, dan setelah semuanya terjadi, aku ingin memberinya kesempatan lagi, kesempatan yang pernah aku janjikan kepadanya.
:::::::::
"Makannya yang banyak dong, Nad."
Aku mengangguk mengiyakan. "Iya, inikan pelan-pelan."
Terdengar dengusan darinya. Aku sedikit heran karena kadar kecerewetan Arisen meningkat sejak aku menerimanya lagi.
"Boleh nggak aku ke tempatnya mama papa kamu?"
"Uhuk."
"Loh, kok batuk?"
Aku meliriknya sinis masih dengan dada sesak bukan main. Segera saja aku meraih gelas berisi es teh itu dan menegak isinya sebanyak mungkin untuk meredakan sesak. Bisa-bisanya dia malah bertanya tanpa memberikan minum agar aku berhenti batuk.
"Ih, makan kok bisa keselek sih?"
"Kamu kalau makan jangan ngomong ih!" kesalku padanya. Rasa kesal karena dia tidak membantu meredakan batuk kini terasa sangat-sangat banyak.
Padahal kebanyakan pasangan akan langsung berdiri, menepuk punggung kekasihnya atau mengelusnya, kalau tidak ya memberi minum sambil mengelus lembut kepala kekasihnya. Sedangkan Arisen? Dia memang seaneh itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heartbreak Effect [Selesai]
Teen FictionBuku kedua dari Hey Mantan! (disarankan baca dulu buku pertamanya, tapi enggak juga nggak papa sih.) ⚠️ Follow dulu sebelum baca, ya! ......... Ini kisahku, tentang Nadya yang sudah berhasil berdiri selama tujuh tahun lamanya tanpa sosok Arisen di...