===============================
Sekarang kamu mau apa? Aku bakalan turutin mau kamu.
=========
Bagian 10
:::::::::::::::::Arisen mengantarku sampai ke butik. Selama perjalanan, dia benar-benar diam tanpa berkata meski matanya sesekali melirikku. Aku tahu dia pasti merasa bersalah, dia pasti sangat terbebani dengan apa yang aku katakan tadi. Terlebih, aku malah menjadikannya seorang selingkuhan, walaupun hanya sementara.
Arisen benar-benar baik dan sabar. Dia mengantarkan aku dengan berjalan kaki, padahal aku sangat yakin dia membawa mobil tadi.
"Udah sampai," katanya dengan senyum lebar.
Aku mendongak menatap Arisen. Kuukir senyum selebar mungkin untuknya.
Tidak kusangka, tangan besarnya menggapai pucuk kepalaku dan mengacaknya dengan pelan. Senyumnya benar-benar terlihat lebih cerah tanpa ada binar sendu lagi di matanya.
"Beresin dulu muka kamu. Nggak mungkin dong ketemu costumer, tapi belepotan gitu maskaranya?"
Aku mengangguk kaku. Mataku melirik tangannya yang masih bertengger di atas kepala. "Makasih," bisikku.
"Buat apa?"
"Buat kebaikan kamu."
Dia justru tertawa renyah. Tangannya beralih memegang pipiku dan mengusapnya lembut. Tentunya mataku tidak bisa lepas dari tangannya yang menyalurkan hangat.
"Ini salah satu usaha aku biar kamu balik lagi. Aku udah bilang kalau aku merasa pantas sekarang, Nadya."
::::::::
"Yang!"
Kepalaku mendongak menatap Haru yang datang-datang sudah membentak dan membuka pintu dengan keras. Napasnya yang memburu dengan wajah memerah membuat kedua alisku menyatu.
Jelas aku terkejut dengan kedatangannya. Aku baru saja selesai memperbaiki riasan dan baru saja ingin membuka laporan butik bulan ini. Lalu, tiba-tiba Haru datang dengan begitu mengejutkan dan juga membuat kegaduhan.
"Apa?" tanyaku berani. Tentu, sebagai wanita kita tidak boleh lemah dihadapan seorang pria. Mereka akan semena-mena ketika tahu bahwa kita tidak berdaya.
"Anya drop, dia kebanyakan pikiran," katanya. Kini suara Haru berganti dengan suara serak, panik, dan juga cemas. Kedua tangan Haru meremas rambutnya, terlihat begitu frustrasi.
Mungkinkah jika aku yang dalam keadaan itu dia akan sekacau ini?
Aku berdeham pelan sebelum menjawabnya. "Terus?"
"Ini pasti gara-gara kamu sindir dia, Yang."
Sontak aku berdiri, berjalan mendekati Haru yang masih sibuk menjambak rambutnya itu. "Jadi, tertekan gitu?"
"Iya," lirihnya.
Aku berdecak. Tanganku terlipat di depan dada dan memandangnya dengan sudut bibir terangkat sebelah. "Jangan buat dia tertekan kalau gitu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Heartbreak Effect [Selesai]
Teen FictionBuku kedua dari Hey Mantan! (disarankan baca dulu buku pertamanya, tapi enggak juga nggak papa sih.) ⚠️ Follow dulu sebelum baca, ya! ......... Ini kisahku, tentang Nadya yang sudah berhasil berdiri selama tujuh tahun lamanya tanpa sosok Arisen di...