================================
Apa kata hati pasti sering berbeda dengan apa kata pikiran, tapi anehnya mereka bisa sama-sama membahas satu masalah yang sama.
==========
Bagian 39
:::::::::::::::::Arisen tersenyum lebar membawa satu bunga besar di pelukannya. Aku jadi ikut tersenyum, bahkan aku sudah tertawa kecil karena tingkahnya. Dia hanya berdiri di sebelah mobilnya yang terparkir di sebelah butikku. Bajunya masih setelan kerja, bahkan rambutnya sudah acak-acakan. Namun, wajahnya tetap berseri, dia terlihat bahagia.
Aku pun berjalan mendekatinya, sedikit malu karena tidak pernah mendapat bunga sebesar itu. "Ih, kamu ngapain sih, Sen?"
Dia menyodorkan bunganya. "Buat kamu, ini nggak sebesar cinta aku sih," katanya berhasil membuatku tertawa.
"Apaan?" Refleks aku menabok buket bunga yang dia bawa.
"Kok ditabok, sih?! Diterima dong, Nad!" kesalnya meski diiringi dengan tawa renyah.
Kepalaku mengangguk senang, menerima bunga itu dan memeluknya erat. "Thank you my love," kataku selembut mungkin.
Tidak kuduga Arisen mengusap pucuk kepalaku. "Ciee."
"Mau makan apa? Laper banget perut aku."
"Aku pengen makan ayam sih, mau nggak, Sen?"
"Ayam terus sih? Tapi, nggak papa deh, enak juga!"
::::::::
Aku dan Arisen akhirnya memutuskan berhenti di sebuah restoran cepat saji. Makan malam yang sedikit kemalaman tetap kami lakukan karena memang belum sempat makan sejak tadi siang.
Ah, bunga besar pemberian Arisen jelas kutinggalkan di dalam mobilnya, ya masa mau dibawa, nanti malah dikira manas-manasin yang jomblo lagi. Ehehe, becanda jomblo.
Ngomong-ngomong, ada berita baru tentang Revan. Em, dia baikan lagi sama ibu dari anaknya. Cepet banget dan tidak terduga bukan? Ah, tapi namanya juga hidup, nggak ada yang bisa nandingin ikatan yang udah jadi darah, apalagi darahnya seimut itu.
"Ngapain fokus hp mulu?"
Aku mendongak menatap Arisen yang sudah menggerutu. Makanan kami belum tiba, jadi sembari menunggu aku tadi niatnya scroll Instagram.
"Liat post Revan yang paling baru," jawabku jujur.
Sayangnya, kejujuranku membuatnya cemberut. "Katanya udah nggak diganggu, ini malah kamu yang pengen tahu!" gerutunya.
Aku jelas berdecak, tobat sudah dengan sikapnya yang belum memastikan sudah marah-marah dan bikin salah paham.
"Ini." Aku membalik ponselku dan kuperlihatkan padanya postingan terbaru dari Revan.
Wajah Arisen seketika berubah, dia menatapku dengan sorot terkejut dan tidak percaya. "Ini beneran? Padahal aku kira dia bakalan kejar-kejar kamu!"
"Yang ada lama nanti, Sen. Kamu nggak akan bisa cepet nikah sama aku dong!"
"Jadi, bersyukur ya?"
"Menurut kamu?" tanyaku balik.
Dia tersenyum lebar. "Jelas iya, sih."
KAMU SEDANG MEMBACA
Heartbreak Effect [Selesai]
Teen FictionBuku kedua dari Hey Mantan! (disarankan baca dulu buku pertamanya, tapi enggak juga nggak papa sih.) ⚠️ Follow dulu sebelum baca, ya! ......... Ini kisahku, tentang Nadya yang sudah berhasil berdiri selama tujuh tahun lamanya tanpa sosok Arisen di...