"jadilah seperti bunga Dandelion, walau rapuh tapi bisa hidup dimana saja"
Ten duduk di kursi tunggu dimana upacara penguburan Mark diadakan. Ia manahan air matanya sekuat tenaga. Ia sudah berjanji pada Tern—adik perempuannya kalau ia tidak akan menangis didepan kamera.
Namun ketika ia menoleh ke kiri, matanya melihat dengan begitu jelas. Seorang Senja tengah menangis sesenggukan di tengah tengah kerumunan orang.
Ingin Ten tarik Senja dari sana dan membawanya ke sampingnya. Gadis yang menjadi tempat Ten bersandar. Tempatnya berkeluh kesah dan mencari solusi.
Kini gadis itu tengah rapuh dan Ten tidak ada disampingnya. Ten benar-benar merasa tak berguna. Ten tak seberani itu untuk menyeret Senja dari sana.
Ten tak berani.
Sia melihat semuanya. Gerak-gerik Ten yang terus memperhatikan Senja.
Entah apa yang membuat hati Sia juga sakit ketika melihat lelaki yang sering dia sentuh wajahnya itu kini meneteskan air mata.Sia juga tak tahu apa hubungannya dengan Senja selain member dan manager hingga Ten menatapnya dengan begitu sendu.
Sia berdiri, paling tidak dia harus memberi segelas air untuk Ten.
"Sia, bisa ikut aku sebentar?"
"O-oh iya"
Pada saat Dia beranjak, tiba tiba tangannya dicekal oleh seseorang. Seseorang yang pernah memberikan sebuah roti padanya.
Ten mengalihkan pandangannya dari Senja. Kedua netranya menangkap dengan jelas Sia diseret oleh seorang lelaki.
Ten memicingkan matanya untuk melihat orang itu lebih jelas. Tapi nihil. Punggung keduanya sudah menghilang lebih dulu.
***
Tok! Tok! Tok!
Taeyong melepas kacamata anti radiasi nya dan beranjak membuka pintu kamar. Tadinya dia sedang bermain game tapi seseorang mengetuk pintu kamarnya.
"Senja?" Taeyong setengah terkejut melihat Senja yang berdiri didepan pintu kamarnya. Pasalnya Senja tak pernah mengunjungi kamar member selain untuk membangunkan para member.
Jadi wajar jika Taeyong sedikit terkejut. "Kau sedang apa?" Tanya Senja yang membuat Taeyong semakin terkejut.
"Kau kenapa?" Tanya Taeyong dengan tangannya yang sudah menempel di dahi Senja. Ia memeriksa apakah suhu tubuh Senja masih normal atau tidak. Taeyong yakin pasti ada yang salah dengan Senja.
"Tidak apa apa" jawab Senja sambil tersenyum manis. Membuat Taeyong semakin terkejut. Pasti ada yang salah dengan Senja.
"Apa ada sesuatu?" Tanya Taeyong lagi.
Senja berdecak kesal. "Aku tidak apa-apa. Kepalaku tidak terbentur dan suhu tubuhku normal. Aku hanya ingin bertanya keadaanmu. Aku hanya ingin menjadi manager yang baik yang selalu ada disamping kalian" terang Senja.
Kedua mata Taeyong berkaca-kaca. Ia senang sekaligus sedih. Ia senang melihat Senja begitu perhatian pada mereka. Tapi juga sedih karna membandingkan dirinya dengan Senja.
Apakah dia sudah sekuat Senja?
Apakah dia sudah melakukannya dengan baik?
"Kalau begitu masuklah" Taeyong mempersilahkan Senja masuk tanpa menutup pintunya.
"Berapa nomor sepatumu?" Tanya Taeyong setelah Senja duduk di pinggir kasurnya. Taeyong duduk di kursi belajarnya sambil memeluk lututnya.
"40"
"Wow! Kakimu besar juga"
"Kakiku tidak besar tapi panjang. Kau tahu maksudku kan? Kakiku panjang dan tidak melebar" Senja berusaha menerangkan kondisi kakinya.
"Yayaya. Tunggu sebentara ya"
Taeyong keluar kamar dan membuka pintu taman belakang. Menyapa sebentar anjing peliharaan mereka yang tak lain adalah Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu, dan Minggu.
Ia ingat dengan jelas bahwa kotak itu dia letakkan dibawah rak bunga. Setelah menemukannya, Taeyong kembali ke kamarnya dan mengambil sekotak cat warna warni dari dalam laci.
"Kau sedang apa?" Tanya Senja yang sedari tadi bingung melihat Taeyong.
"Aku ingat memiliki sepatu dengan nomor 40. Aku rasa ini akan cocok untukmu. Aku belum melukisnya jadi aku akan melukisnya lebih dulu"
Senja tersenyum manis. Tak bisa menyembunyikan kebahagiaannya berkat perhatian kecil Taeyong.
Senja teringat sesuatu yang membuat hatinya berdenyut nyeri. Lelaki didepannya ini begitu kuat. Ntah berapa juta orang yang menghujatnya tapi lihatlah dia. Masih tersenyum manis dan terus berbuat baik.
"Berapa kali kau mencari namamu di google?" Tanya Senja sambil memperhatikan Taeyong yang sedang melukis. Laki-laki itu menghentikan kegiatannya sebentar. Bola matanya menatap ke atas pertanda dia sedang berpikir.
"Ntahlah. Mungkin 2?" Jawab Taeyong ragu.
"Kalau begitu apa hari ini kau ada mencari namamu?" Tanya Senja lagi. Ia hanya tidak ingin lelaki ini semakin terluka.
"Tentu saja." Jawab Taeyong santai.
"Mengenai artikel itu—
Senja menatap Taeyong ragu. Lelaki itu menaikkan alisnya sebelah menunggu Senja selesai bicara.
—jangan dipedulikan. Itu menyakitimu"
"Tenang saja. Sudah terlalu sering orang orang menghujatku tidak becus. Tidak bertanggung jawab atau sebagainya. Aku tidak peduli dengan itu jadi jangan khawatirkan aku"
Bohong besar!! Taeyong sangat peduli dengan artikel itu. Ia mencari namanya lebih dari 10x dalam sehari. Terus mencari tahu berita terbaru tentang dirinya.
Tapi Taeyong tahu. Beban Senja sudah banyak. Taeyong tidak mau menambah beban Senja. Tidak mau gadis itu khawatir.
Jika tidak bisa menjaga orang, setidaknya Taeyong tidak menyusahkan.
"Selesai!" Ucap Taeyong semangat begitu polesan terakhir pada sepatunya sudah dia torehkan.
Senja memperhatikan sepatu itu. Bunga berbentuk bulat di bagian depannya dan Spongebob Squarepants di sisi kanan. Di sebelah kiri diisi juga dengan Naruto dan kawan-kawan.
"Sini aku jelaskan." Ujar Taeyong seraya meraih sepatu itu dari tangan Senja.
"Di bagian depan ini namanya bunga Dandelion. Kelopaknya sangat mudah lepas. Sekali tiup saja pasti langsung terbang. Serapuh itu. Tapi jangan salah. Dandelion bisa hidup dimana saja. Dia sangat kuat untuk bertahan hidup. Dan disebelah kanan itu Spongebob Squarepants. Dia selalu berbuat baik dan tertawa dengan tulus walau banyak orang yang tak suka padanya—
—seperti Squidward yang sangat membenci Spongebob dan Tn.Crab yang memanfaatkannya. Dia tidak pernah ambil pusing dan melakukan segala hal dengan tulus. Dan disebelah kiri ada Naruto dan teman-temannya. Dia hidup tanpa kasih sayang orang tua. Memiliki sebuah mimpi yang di anggap orang tidak akan pernah tercapai. Dibully dan dijauhi orang orang. Bahkan ada orang tua yang melarang anaknya berteman dengannya. Tapi Naruto tak membenci orang itu. Mereka semua merendahkan Naruto tapi dia menganggap itu tantangan, bukan hinaan"
Bisakah Senja menganggap Taeyong sedang memberikan semangat padanya sekarang? Senja tak ingin terlalu percaya diri tapi Taeyong seolah sedang menyemangatinya dari ukiran di sepatu.
"Kita harus melihat segala hal dari dua sisi, Senja. Jika seseorang menghujatmu tidak becus atau bodoh, kau harus membuat sudut pandang yang berbeda. Apakah itu hinaan semata atau tantangan. Jika mereka bilang kau bodoh maka berusahalah agar lebih pintar. Jika mereka bilang tidak bertanggung jawab maka mulai hari ini harus bertanggung jawab. Jika mereka bilang mimpimu terlalu tinggi maka buktikan mimpi itu bisa kau gapai dengan tanganmu"

KAMU SEDANG MEMBACA
NCT V [END]
Fanfiction"Hari ini sulit. Dan aku yakin besok juga pasti lebih sulit" Sungchan menatap video yang dia rekam di ponselnya dengan berlinang air mata. Video bayinya yang masih ada diperut Senja ketika menemani istrinya itu periksa ke rumah sakit. Jantung Sungch...