"Jangan datang jika hanya ingin menebar benih luka. Jika sudah terlanjur datang dan menebar luka, setidaknya jangan timbun benih luka itu agar dia tidak berkembang"
Lee Sooman menghela napas untuk yang entah keberapa kalinya. Jemarinya memijit pelipis yang saat ini terasa sangat pening.
Ia menatap jengah kedua sejoli yang sedari tadi berdebat. Dan yang membuat Lee Sooman pusing adalah Ten yang mengaku kalau dia adalah ayah dari bayi di kandungan Senja dan Senja yang menyangkalnya.
Lalu Lee Sooman harus percaya pada siapa??
"Jawab aku dengan jujur. Siapa ayahnya?"
"Ak-"
"Aku bertanya pada Senja" potong Lee Sooman cepat sebelum Ten selesai bicara.
Senja menunduk. Bukannya Senja tidak mau mengakui Sungchan sebagai ayah dari bayi di kandungannya tapi dia tahu betul seluk beluk keluarga Sungchan. Sangat tidak mungkin kalau Sungchan mau bertanggung jawab. Maka dengan lirih Senja menjawab "Ten."
Ten menghela napas dan memejamkan matanya erat bahwa ini adalah keputusan yang paling tepat sebagai balas budinya kepada Mark. Semoga lelaki itu bahagia di alam sana. Hanya itu harapan Ten dan hanya ini yang bisa dia lakukan.
"Sekarang apa?"
Senja menunduk dalam. Dia berdoa semoga pertanyaan itu tidak terdengar oleh telinganya tapi saat ini doanya tidak dikabulkan. Lee Sooman menanyakan pertanyaan itu sambil menatap mereka berdua intens.
"Aku akan tanggung jawab" Ten menjawab dengan pasti tanpa keraguan.
"SUDAH SEHARUSNYA KAU BERTANGGUNG JAWAB! KALAU PERLU KALIAN PINDAH KE BENUA ANTARTIKA AGAR TAK TERLIHAT OLEH KEDUA MATAKU!"
"Lucas, jaga ucapanmu"
Lucas berdecih begitu ditegur oleh Lee Sooman. Ia mengambil ponselnya yang ada diatas meja dan berlalu dari sana. Melihat kepergian Lucas membuat luka menempel di hati Senja seolah tak ingin dilepas pergi.
Lucas, orang yang selalu berkeluh kesah kepadanya dan Lucas yang dulu sangat peduli padanya kini mengharapkannya pergi. Apa sehina itu Senja dimatanya sekarang?
Maka dengan keberanian Senja berkata. "A-aku akan menyusul Lucas sebentar"
Ia ketuk pintu kamar Lucas tapi tak ada jawaban. Ia mencoba beberapa kali namun hasilnya sama. Dengan perlahan Senja membuka pintu kamar Lucas. Anggaplah dia lancang tapi Senja sudah tidak peduli lagi dengan itu.
Begitu ia menyembulkan kepalanya ke dalam. Ia menemukan Lucas tengah memainkan game di komputernya dengan sebuah benda besar di telinganya. Pantas saja dia tidak mendengar ketukan pintu.
Dengan keberanian yang entah datang darimana Senja nyelonong masuk. Ia menepuk pundak Lucas berharap sebuah senyuman hangat akan dia dapatkan.
Tapi harapan hanya harapan. Lucas tengah menatap sinis ke arahnya. "Lucas, kau marah kepadaku? Aku minta maaf ya"
"Nggak usah sok suci deh Lo! Jijik gue lihat muka munafik Lo itu!!"
Senja menatap Lucas tidak percaya. Kedua matanya berair dan melotot. Masih tidak menyangka bahwa kata kata kasar itu keluar dari mulut Lucas si lelaki penuh dengan canda tawa dan senyuman seindah rembulan.
"Udah deh Ja! Buka topeng Lo itu! Lo nggak usah sok peduli sama gue! Nggak usah sok baik! Kalau sebenarnya Lo itu busuk! Munafik tau nggak!"
"Kenapa??! Apa alasannya kamu bilang aku munafik?!"
"Gue mau cerita sama Lo. Seorang anak kecil terjebak di sebuah lembah dalam yang sangat gelap tanpa alat bantu penerang apapun. Dia sudah hampir menyerah dan tidak ada niat untuk berjuang. Namun tanpa disangka seorang gadis datang sambil membawa obor. Gadis itu memberi obor itu pada anak kecil itu sebagai alat bantu penerang. Menuntunnya kembali ke jalan yang benar."

KAMU SEDANG MEMBACA
NCT V [END]
Fiksi Penggemar"Hari ini sulit. Dan aku yakin besok juga pasti lebih sulit" Sungchan menatap video yang dia rekam di ponselnya dengan berlinang air mata. Video bayinya yang masih ada diperut Senja ketika menemani istrinya itu periksa ke rumah sakit. Jantung Sungch...